REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebanyak 28 titik di Kabupaten Sukabumi dikategorikan sebagai daerah rawan longsor skala tinggi. Kawasan tersebut berada menyebar baik di utara maupun selatan Sukabumi.
"Dari hasil pemetaan, ada 28 titik yang rawan longsor skala tinggi," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Irwan Fajar kepada Republika.co.id, Ahad (13/12). Daerah tersebut, misalnya terdapat di Kecamatan Cibadak, Nagrak, Purabaya, Sagaranten, dan Curug Kembar.
Titik rawan longsor tersebut ujar Irwan mendapatkan perhatian khusus dari BPBD. Terutama dengan mengupayakan upaya pencegahan terjadinya longsor di tengah tingginya intensitas hujan.
Misalnya kata Irwan dengan melakukan pemasangan alat early warning system (EWS) longsor di Desa Sukamaju Kecamatan Cibadak. Alat tersebut merupakan bantuan dari pemerintah pusat untuk daerah yang rawan longsor.
"Sebenarnya pengajuan untuk 47 kecamatan, namun baru satu yang dipenuhi pemerintah pusat," kata Irwan mengungkapkan.
Proses pemasangan alat masih dalam tahap survei yang dilakukan tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Irwan mengungkapkan, lokasi pemasangan alat EWS dipilih karena rawan longsor dan banyak ditinggali penduduk. Harapannya, alat EWS longsor ini bisa efektif dalam mendeteksi sejak dini potensi longsor.
Di sisi lain kata Irwan, Pemkab Sukabumi belum menetapkan status siaga darurat bencana longsor dan banjir. Meskipun diakuinya di lapangan kasus longsor dalam skala ringan sudah banyak terjadi di sejumlah titik.
Kepala Bidang Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Dinas Pengelolaan Energi Sumber Daya Energi Mineral (ESDM) Kabupaten Sukabumi Agus Permana menambahkan, hampir 75 persen wilayah di Sukabumi rawan pergerakan tanah baik skala tinggi, menengah, dan rendah. Informasi tersebut sudah disampaikan kepada aparat kecamatan untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi longsor.