REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mengaku kesulitan mencapai target laba bersih tahun ini sebesar Rp 765 miliar. Hal ini karena adanya berbagai kendala dalam kinerja perusahaan.
"Target Rp 765 miliar masih agak berat. Kami berharap tidak kurang dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp 615 miliar," kata Sekretaris Perusahaan WIKA, Suradi, saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (16/12).
Ia menjelaskan, berberapa hambatan dihadapi saat pelaksanaan proyek, seperti proses pembebasan lahan. Adapun nomenklatur pemerintah yang baru selesai Juni lalu juga membuat target kontrak baru tak tercapai.
Proyek pemerintah memang menjadi target utama WIKA untuk meraih laba tahun ini. "Karena kemarin kan 50 persen penjualan dari proyek pemerintah, 30 persen swasta, 20 persen BUMN, jadi ada kendala pencapaian proyek," ujar dia.
Ia membeberkan, saat ini kontrak baru yang diraih WIKA masih di angka Rp 20,2 triliun. Padahal, pihaknya menargetkan Rp 31 triliun kontrak baru untuk tahun ini.
Kontrak tahun lalu yang diperhitungkan masuk ke tahun ini (carry over) tercatat Rp 24 triliun. "Artinya sampai November order book Rp 44 triliun," lanjut dia.
Sementara tahun depan, pihaknya menargetkan kontrak baru mencapai Rp 30 triliun. Order book tahun depan ia perkirakan bisa mencapai Rp 60 triliun dari carry over yang diperkirakan bisa mencapai Rp 30 triliun.
Ia menuturkan, WIKA awalnya berharap banyak pada beberapa proyek pemerintah untuk mendorong kinerja mereka mencapai target seperti proyek pembangkit listrik Jawa 5 dan Jawa 7. Masing-masing pembangkit listrik berkapasitas 2x1000 MW.
"Sampai sekarang belum diumumkan (pemenang tender), padahal kita berharap dari situ," ujar dia.
Suradi menerangkan, WIKA berharap di proyek itu karena juga akan menjadi kontraktor. Dengan besaran 2x1.000 MW, nilai investasi bisa mencapai Rp 32 triliun.
"Kalau kita 10 persen saja, bisa sekitar Rp 3 triliun," ucapnya.