REPUBLIKA.CO.ID, MUARA TEWEH -- Sebanyak 51 orang bayi dan anak di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah mengikuti tradisi "baayun maulid". Tradisi ini dilkasankan untuk memeriahkan Maulid Nabi Muhammad SAW 2015 atau 12 Rabiul Awal 1437 Hijriyah.
"Peserta baayun atau batuyang tahun ini meningkat dibanding sebelumnya hanya 25 orang anak," kata Ketua Panitia Hari-Hari Besar Islam (PHBI) Barito Utara, Yaser Arapat di Masjid Jami Muara Teweh, Kamis (24/12).
Tradisi tahunan ini, dilakukan dengan mengayunkan anak pada bulan Maulud. Tujuannya agar sang anak jika sudah besar nanti menjadi orang yang sehat, berbakti kepada orang tua serta dapat mengikuti ketauladanan Nabi Muhammad SAW.
Saay baayun atau berayun dilakukan, bayi atau anak bahkan orang dewasa yang mengikuti tradisi baayun ini akan dibacakan shalawat dan syair. Isi syairnya mengagungkan akhlakul karimah Nabi yang menjadi tuntunan bagi kaum Muslimin di seluruh dunia.
"Kegiatan ini tanpa dipungut biaya atau gratis dan peserta mendapat bingkisan dari panitia," katanya.
Tradisi Baayun Maulud ini merupakan tradisi unik bagi masyarakat suku Banjar di Kalimantan. Upacara ini merupakan bagian dari rangkaian upacara daur hidup yang meliputi kehamilan, kelahiran, masa kanak-kanak menjelang dewasa, perkawinan dan kematian.
Tradisi baayun yang sebenarnya sudah ada sebelum penyebaran Islam di tanah Banjar. Ini merupakan daur hidup masa kanak-kanak, yakni saat si anak berusia 0-5 tahun atau masih balita. Upacara baayun yang merupakan asimilasi antara budaya orang Banjar yang didasarkan pada ajaran Keharingan dan agama Islam. Upacara ini digelar setiap kali peringatan Maulid Nabi.
Selain sebagai ungkapan doa bagi langkah si anak ke depan, tradisi ini juga sebagai upaya tolak bala. Dalam tradisi baayun ini, anak-anak secara massal diayun dengan iringan pembacaan doa dan pembacaan shalawat.