REPUBLIKA.CO.ID, Setelah kondisi kesehatan suami Bunga (bukan nama sebenarnya) sedikit membaik. Beberapa pekan kemudian ia berupaya mencari tahu apa yang dikerjakan anak- menantunya di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
(Baca: Kesaksian Keluarga Korban Gafatar: Anak Menantu Saya tak Mau Shalat).
Ia lantas pergi ke ibu kota Kalimantan Tengah itu. Beruntung anaknya masih dapat dihubungi melalui telepon genggam.Awalnya anaknya menolak untuk dikunjungi. Apalagi ditemui di kediamannya. Dengan berbagai cara, akhirnya Nengsi bisa bertemu anak mantunya.
"Saya sedih sekali, anak saya badannya hitam dan kotor. Dia bekerja di peternakan bebek," ungkapnya.
Bunga mengaku setelah pertemuan itu harus cepat-cepat kembali ke Jakarta. Pasalnya, di lingkungan tempat bekerja anaknya itu, banyak orang sekitar mengawasi gerak-geriknya. Pandangan mata orang-orang itu seolah penuh kebencian. Tidak ada tegur sapa sebagaimana kebiasaan kebanyakan orang mengenal pendatang baru.
"Saya, siang malam, berdoa agar anak saya kembali ke aqidah Islam yang sebenarnya," kata Bunga.