Jumat 22 Jan 2016 11:31 WIB

UKM Indonesia Terunggul di Asia Pasifik

Perajin UKM (ilustrasi)
Foto: nenygory.wordpress.com
Perajin UKM (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Data survei terbaru dari CPA Australia menunjukkan bisnis usaha kecil menengah (UKM) Indonesia memiliki performa unggul dibandingkan para kompetitornya di Asia Pasifik dalam kategori pendorong ekonomi utama untuk inovasi, e-commerce dan media sosial.

Penemuan yang diungkap oleh Survei Bisnis UKM Asia Pasifik tahunan dari CPA Australia ini mensurvei hampir 3.000 operator bisnis UKM di Malaysia, Vietnam, Cina, Hong Kong, Singapura, Australia, Selandia Baru dan Indonesia.

Chief Executive CPA Australia Alex Malley mengatakan survei tahunan ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak tertandingi di kawasan Asia Pasifik ketika berkaitan dengan inovasi.

"Indonesia terdepan dalam persaingan dengan pasar lainnya di kawasan tersebut dalam hal inovasi dan berada di posisi puncak ketika berkaitan dengan pendorong pertumbuhan masa depan lainnnya dan penciptaan lapangan kerja serta ekspor dan e-commerce," ujar Malley dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (22/1).

Menurut hasil survei tersebut, sektor bisnis UKM Indonesia adalah yang paling sukses selama melakukan survei pada pasar di seluruh Asia Pasifik selama 12 bulan, dengan 91 persen responden melaporkan bahwa mereka mengalami pertumbuhan selama periode ini, lebih tinggi di atas rata-rata survei 68 persen.

"Sentimen yang sangat kuat ini diharapkan terus berlanjut di tahun 2016, dengan 93 persen bisnis UKM diharapkan akan tumbuh. Dan sekali lagi, ini lebih tinggi di atas rata-rata survei 71 persen di seluruh Asia Pasifik," ungkap Malley.

Menurut survei tersebut, dua per tiga bisnis UKM Indonesia menambah jumlah karyawan mereka selama 12 bulan belakangan ini, naik dari 49 persen di tahun 2014 dan lebih tinggi di atas rata-rata survei 33 persen.

"Performa yang kuat dan pandangan yang positif ini juga tidak luput dari berbagai faktor eksternal yang cukup menantang seperti pertumbuhan Cina yang melambat, pemulihan yang lemah dalam perekonomian AS, Jepang dan kawasan Eropa serta harga komoditas yang melemah," ujar Malley.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement