REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teguran ini bermula ketika Daud, konon (kisah ini masih diperdebatkan) menikahi perempuan dari salah satu bala tentaranya yang diutus ke medan perang, Oria bin Hanna. Perempuan tersebut bernama Sabig binti Syaik. Keduanya menikah dan mencoba mengarungi bahtera rumah tangga dengan penuh kedamaian dan kasih sayang.
Hingga, perintah berperang itu tiba. Raja memerintahkan segenap lelaki yang mampu berjihad untuk berangkat ke medan perang, termasuk Oria. Berat hati Oria sebenarnya untuk melangkahkan kakinya ke medan perang.
Dia tidak ingin ketidakberuntungan di medang perang memisahkan dirinya dengan istrinya. Keduanya sudah saling nyaman dalama melalui kehidupan, sehingga terpisah sebentar saja pun sampai menguraikan air mata.
"Kewajiban terhadap tanah air dan agama di atas segala kewajiban. Kewajiban yang harus ditunaikan sekali pun akan menyebabkan membanjirinya air mata dan darah," kata Oria kepada istrinya tercintanya.
Mendengar jawaban itu, istri Oria Sabig hanya menangis dan memeluk erat tubuh Oria. "Semoga, Allah SWT menjaga keamananmu di sana aku mencitaimu," katanya masih dalam pelukan Oria.
Di medan perang pertempuran terjadi begitu sengit tidak ada putusnya. Karena sama-sama kuat, perang itu bukan berjalan dalam satu dua hari saja, tetapi puluhan, bahkan ratusan hari juga tetap belum berkesudahan. Pikiran Oria bin Hanna ketika dalam pertempuran selalu membayangkan pelukan mesra istrinya dari bayangan itulah dia berdoa.
"Ya Allah, semoga perang ini segera berakhir dengan kemenangan yang gemilang," kata Oria dalam doanya.
Namun, perang yang di hadapan Oria semakin sengit, sehingga waktu perang menjadi panjang. Yang paling mengiris hatinya ketika Oria mendengar kabar bahwa istrinya dinikahi raja yang memerintahkannya untuk berperang. Dia tidak menyangka bahwa perintah raja selain mengambil kebahagiaanya sekaligus juga mengambil sumber kebahagian yang datang dari istrinya.
Kecantikan dan ketangkasan istri Oria bernama Sabig binti Syaik membuat hati raja bergetar dibuatnya, akhirnya daripada menimbulkan fitnah terhadap keluarga, raja meminang Sabig, meski masih sebagai istri Oria, Sabig dan keluarga menerima lamaran raja karena Oria tidak kunjung ada kabar, apalagi terakhir Oria dikabarkan telah tewas.
Pernikahan Raja dengan Sabig pun selesai digelar, semenjak pernikah dengan Sabig binti Syaik ini, meski bukan pernikahan yang pertama, melainkan pernikahan yang ke-100 kali ini dirasanya lebih mengembirakan hatinya. Dengan demikian, dalam menjalankan tugas setelah pernikah raja terlihat bergairah.
Raja kembali mengatur pola kerjanya demi bisa memenuhi kewajiban sebagai kepala negara dan kepala dalam rumah tangga. Raja membagai waktunya kepada empat hari. Hari pertama untuk kepentingan dirinya sendiri, hari kedua untuk kepentingan kepada Allah SWT, hari ketiga untuk menghukum dan mengurusi permasalahan umat, dan hari keempat untuk mengajar dan memimpin rakyat ke jalan yang dikehendaki Allah SWT.
Dari kisah ini, Allah SWT memperlihatkan kepada manusia dan Daud bahwa baik perkara kecil maupun besar, tetap diperhatikan Allah SWT. Bukan saja terhadap manusia biasa, tetapi juga terhadap orang-orang pilihan Allah SWT, nabi-nabi mulia, dan rasul-rasul yang suci.