REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan menjajaki kerja sama dengan Iran di sektor energi seperti minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Hal ini sebagai langkah membuka kesempatan kerja sama setelah pencabutan sanksi ekonomi pada negara di kawasan teluk tersebut.
"Setelah sanksi Iran dicabut, ada peluang yang harus diambil, yaitu kerja sama energi dengan negara teluk tersebut," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said di Gedung Badan Pendidikan dan Latihan ESDM, Jakarta, Rabu.
Sudirman mengatakan peluang untuk melibatkan Iran di sejumlah proyek seperti kilang petrokimia, listrik bahkan pengembangan proyek bersumber energi baru dan terbarukan juga terbuka. "Kita mungkin bisa beri kesempatan ke listrik terutama ke energi baru dan terbarukan seperti air (hidro) dan bayu (angin)," ujarnya.
Seperti dikutip Antara, hingga saat ini belum ada proyek kerja sama antara perusahaan Indonesia dan Iran yang terealisasi. Lantara itu ESDM saat ini sedang menjajaki beberapa kemungkinan kerja sama.
Kerja sama tersebut, antara lain pengembangan LPG (Liquid Petroleum Gas). Saat ini Iran mampu memproduksi LPG 15 juta MT serta kondensat yang bisa diproduksi Negara Teluk tersebut sebesar satu juta barel per tahun.
Iran dikabarkan akan membuka kesempatan bagi Indonesia untuk berinvestasi dalam bidang pupuk dengan lokasi yang ditawarkan berada di bagian selatan dekat berbatasan dengan Pakistan. Hal tersebut, katanya, mengingat harga gas di Iran sangat murah yakni sekitar dua dolar AS hingga tiga dolar AS per mmbtu.
Rencananya delegasi Iran untuk energi akan datang pada Februari yang dilanjutkan oleh delegasi Iran untuk minyak dan gas. "Pertengahan bulan depan, delegasi Iran untuk energi datang, bulan depannya untuk minyak and gas. Mungkin selanjutnya saya akan ke sana juga untuk mendetailkan kemungkinan itu," katanya.