Kamis 28 Jan 2016 20:56 WIB

Sudan Buka Perbatasan dengan Sudan Selatan

Perbatasan Sudan Selatan dan Utara hingga kini masih tegang.
Foto: France 24
Perbatasan Sudan Selatan dan Utara hingga kini masih tegang.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir memerintahkan pembukaan perbatasan dengan Sudan Selatan, untuk pertama kalinya sejak pemisahan diri wilayah selatan itu pada 2011, dan membuka jalan bagi hubungan ekonomi lebih baik antara kedua negara.

Perbatasan tersebut ditutup pada 2011 ketika hubungan keduanya memburuk, setelah wilayah selatan memisahkan diri menyusul perang sipil yang sudah berlangsung lama. Pemisahan itu membuat Sudan kehilangan tigaperempat minyaknya, yang diperkirakan mengandung 5 miliar barel.

"Presiden Omar al-Bashir mengeluarkan keputusan hari ini yang memerintahkan pembukaan perbatasan dengan Sudan Selatan dan memerintahkan pihak terkait mengambil langkah yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan ini di lapangan," demikian dilaporkan kantor berita SUNA, Rabu Kemarin.

Jurubicara pemerintah Sudan Selatan, Michael Makuei Lueth mengatakan pembukaan kembali perbatasan akan mendorong hubungan ekonomi. "Ini langkah positif ke arah yang benar karena inilah yang akan mengarahkan kepada normalisasi hubungan kami dengan Sudan," katanya kepada Reuters.

Karthoum menuduh Juba, ibukota Sudan Selatan, mendukung pemberontakan di wilayah Darfur dan pemberontakan lain yang masih terkait di Nil Biru serta Kordofan Selatan. Sudan Selatan membantah tuduhan itu.

"Kami berharap Sudan Selatan menyingkirkan bantuannya dari gerakan pemberontakan yang bertentangan dengan pemerintah kami di Darfur, Nil Biru, dan Kordofan Selatan," kata Menteri Informasi Sudan Ahmed Bilal Osman kepada Reuters, Kamis (28/1).

Osman mengatakan ia berharap hubungan perdagangan akan pulih dan Sudan Selatan bisa mengambil peluang dari pelabuhan laut Sudan seperti di masa-masa lalu.

Presiden Sudan Selatan Salva Kiir pada Selasa tanpa diduga secara sepihak mengumumkan normalisasi hubungan, sebagai tanggapan atas kesepakatan Bashir pekan lalu, untuk memotong komisi transit bagi minyak Sudan Selatan yang melintasi wilayah Sudan melalui jaringan pipa ke Laut Merah.

Setelah pengumuman pengurangan komisi transit itu, Kiir memerintahkan pasukan Sudan Selatan yang ditempatkan di perbatasan untuk mundur lima kilometer, sebuah langkah pembuka jalan bagi dibukanya perbatasan, kata Osman.

Hubungan antara kedua negara menegang sejak 2011 karena mereka gagal menyepakati masalah perbatasan dan status sejumlah wilayah yang diklaim oleh keduanya sebagai wilayah berdaulat mereka.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement