REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen di Februari 2016 mengalami deflasi sebesar 0,09 persen. Inflasi tahun kalender 2016 sebesar 0,42 persen dan inflasi tahun ke tahun mencapai 4,42 persen. Kepala BPS Suryamin mengatakan, adanya deflasi di Februari bukan karena penurunan daya beli masyarakat. Apalagi angka deflasi tersebut dinilai baru menunjukan penurunan di Februari, bukan dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
"Ini buktinya transportasi kita kalau dilihat satu tahun ke belakang justru meningkat. Belum dengan wisatawan asing yang masuk dan ke luar negeri juga masih meningkat," ujar Suryamin, di Jakarta, Selasa (1/2).
Menurut Suryamin, adanya deflasi di Februari lebih karena pemerintah berhasil menjaga harga komoditas tidak melonjak tinggi. Hal itu bukan hanya di pulau Jawa dan Sumatera, namun di hampir seluruh daerah pemerintah mampu menjaga agar inflasi tidak terlalu tinggi.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan, deflasi seharusnya masih berlanjut di bulan Maret. Hal ini melihat dari indeks harga perdagangan besar (IHPB), meskipun terdapat sejumlah komponen yang naik, tapi dari komoditas pangan nampaknya akan turun.
"Kami harap masih bisa berlanjut. Memang harga beras saat ini masih naik, tapi Maret-April akan banyak panen, ini bisa mendorong harga untuk ikut turun," kata Sasmito.
Selain beras, Sasmito berharap agar pemerintah bisa menjaga rantai distibusi komponen pokok lain bawang dan sayur-sayuran. Dengan harga yang mulai turun, pemerintah wajib mewaspadai kenaikan harga komponen ini yang sering tiba-tiba melonjak.
Baca juga: Harga Pangan Turun, Februari Catat Deflasi