REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Sebuah serangan pesawat tak berawak (drone) menewaskan empat militan Alqaidah dalam sebuah mobil di selatan provinsi Shabwa, Yaman, pada Jumat (4/3).
"Mobil terbakar dan gumpalan asap hitam mengepul dimana pesawat tak berawak menghantamnya," kata pejabat dan warga setempat, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (4/3).
Koalisi yang dipimpin Arab Saudi melakukan serangan di Yaman sejak Maret 2015 lalu. Amerika Serikat (AS) juga terus melakukan serangan drone terhadap kelompok-kelompok militan di Yaman.
Dengan serangan udara yang dilakukan hampir setiap hari, koalisi dan AS berupaya untuk mengusir militan Houthi yang didukung Iran dan pasukan yang setia kepada mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dan membuat pemerintah yang diakui secara internasional dari Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi kembali ke kekuasaan.
Hadi melarikan diri ke Aden, awal tahun lalu setelah Houthi, merebut ibu kota Sanaa dan memaksanya keluar dari wilayah tersebut.
Di tengah kekacauan tersebut, Alqaidah di Semenanjung Arab (AQAP), memperluas pijakannya di Yaman. Analis Barat menilai AQAP sebagai angkatan senjata Alqaidah yang paling berbahaya. AQAP juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan majalah satir Prancis Charlie Hebdo.
AQAP telah mengalami kemunduran dalam beberapa bulan terakhir, kehilangan pemimpinnya, dan beberapa pemimpin senior akibat serangan drone AS.