Rabu 23 Mar 2016 14:43 WIB

BI: Harga Pangan Lebih Berpengaruh ke Inflasi Daripada Listrik dan Elpiji

Rep: c37/ Red: Nidia Zuraya
Kelompok Bahan Makanan Menyumbang Andil Inflasi Terbesar
Foto: Republika/Prayogi
Kelompok Bahan Makanan Menyumbang Andil Inflasi Terbesar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pemerintah berencana melakukan penyesuaian harga listrik dan elpiji. Penurunan keduanya diharapkan mampu meredam laju inflasi.

Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, penurunan harga pangan akan lebih berdampak besar pada perekonomian nasional. "Kita sudah liat di bagian administered price sudah jauh terkendali, antara lain karena penghapusan subsidi BBM, harga listrik yang akan disesuaikan. Meski begitu, harga komoditi sederhana, tapi dampaknya kepada ekonomi besar," ujarnya di Jakarta, Rabu (23/3).

BI memperkirakan inflasi Maret 2016 berada di level 0,28 persen (month on month) atau setara dengan 4,53 persen (year on year). Angka tersebut berada di atas target BI yang 4 plus minus 1 persen. Penyebabnya adalah harga komiditi seperti bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit.

Agus menjelaskan, pertumbuhan ekonomi saat ini lebih baik karena pengendalian inflasi yang jauh lebih baik. Sebelumnya pada tahun 2013-2014 inflasi berada di level 8,3 persen, dan di 2015 turun menjadi 3,35 persen. Hal ini didukung dengan neraca perdagangan dan current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan yang lebih baik. Tercatat CAD pada tahun 2015 sebesar 17,7 miliar dolar AS atau sekitar 2,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Untuk menjaga agar inflasi tetap di level 4 plus minus 1 persen, kata Agus, koordinasi antara BI, pemerintah dan pemerintah daerah harus berjalan benar-benar baik. Dalam hal ini, koordinasi tersebut harus berjalan dengan baik dalam mengendalikan volatile food. Sebab, apabila inflasi tidak dikendalikan akan menciptakan iklim ekonomi Indonesia yang kurang kompetitif, dan tingkat bunga tidak bisa diturunkan.

Apalagi, negara-negara di ASEAN bisa menjaga inflasi di bawah 4 persen selama 10 tahun. "Kita sambut baik kalau ada penurunan harga gas, minyak, dan listrik. Tapi yang harus kita kendalikan adalah volatile food yang sudah bergejolak itu,"katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement