Rabu 23 Mar 2016 15:31 WIB

Coba Goyang Najib, Mahathir Ajukan Gugatan

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad
Foto: Republika/ Darmawan
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengajukan gugatan terhadap Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Rabu (23/3). Ia menuduh Najib melakukan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Biro hukum Mahathir mengatakan, ini merupakan upaya terbaru Mahathir untuk membuat Najib berhenti dari kantornya. Tapi tampaknya kasus ini akan memakan waktu berbulan-bulan sebelum dapat disidangkan.

Najib telah berada di bawah kritis atas tuduhan korupsi terkait utang lembaga negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB) dan aliran dana senilai 680 juta dolar Amerika Serikat ke rekening pribadinya. Hal itu dibantah Najib, dan menyatakan ia tak menggunakan uang untuk kepentingan pribadi. Tahun ini Najib juga dibebaskan dari semua tuduhan pidana atau korupsi.

Dalam gugatannya, Mahathir menuduh Najib melakukan praktik korupsi melaksanakan berbagai langkah aktif dan sengaja dengan itikad buruk untuk menghalangi, mengganggu, menghambat dan menggagalkan berbagai penyelidikan dan penyidikan terhadapnya. Dilansir The Star, Mahathir menggugat Najib bersama dua mantan anggota United Malay National Organisation (UMNO) lainnya yakni, Khairuddin bin Abu Hassan and Anina binti Saadudin.

Kantor Najib belum menanggapi gugatan Mahathir tersebut.

Pada 4 Maret, Mahathir juga bergabung dengan musuh lama, termasuk partai oposisi Anwar Ibrahim. Ini dilakukan untuk mendongkrak tekanan pada Najib agar mundur dari jabatannya saat ini. Dalam gaya dramatis, Mahathir membaca sebuah pernyataan yang ditandatangani 58 politisi dan aktivis antikorupsi. Saat konferensi pers Mahathir diapit pemimpin oposisi dan beberapa anggota partai berkuasa.

Pengacara Mahathir Hanif Khatri mengatakan kepada Reuters, ini akan memakan waktu hingga tiga bulan bagi pengadilan memutuskan pakah kasus ini akan digelar atau tidak. "Kami tak akan pergi dengan tangan kosong, (kami) memiliki materi, saksi dan kami yakin akan ada hasilnya," katanya.

Namun analis politik pesimis akan hal ini. Direktur lembaga survei independen Merdeka Center Ibrahim Suffian mengatakan, ini akan menjadi pertarungan yang memakan waktu lama.

 

Baca juga: Warga Australia Desak Impor Boneka Seksual Anak Dilarang

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement