Kamis 24 Mar 2016 16:37 WIB

Dimasuki Kapal Cina, Sistem Pertahanan di Natuna akan Diperkuat

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pihaknya akan mengevaluasi sistem pertahanan di Natuna menyusul konflik yang terjadi di Laut Cina Selatan.

Luhut mengatakan pihaknya sudah berkordinasi dengan pihak TNI untuk memantau situasi terkini di Natuna. Sayangnya, Luhut enggan menjelaskan secara teknis seperti apa kondisi pertahanan di Natuna saat ini.

"Kami sepakat kita akan evaluasi semua sistem pertahanan keamanan kita disana dan pada waktunya akan kami laporkan kepada presiden. Dan kami sepakat banyak hal teknis yang belum bisa kita beritahu kepada Anda, tapi sudah kita sepakati dan kita ingin untuk mempertajam dalam minggu ke depan ini," ujar Luhut di kantornya, Jakarta Kamis (24/3).

Senada dengan Luhut, Kepala Staff Umum TNI, Marsekal Madya Dede Rusamsi mengatakan pihaknya akan tetap melakukan pengamanan di Natuna.

"Kita akan tetap melakukan pengamanan di sana dengan memperkuat pertahanan laut," ujar Dede.

Sebelumnya, ketika sedang berpatroli di perairan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Sabtu (19/3), kapal pengawas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Hiu 11 mendeteksi adanya pergerakan kapal ikan Cina, Kway Fey 10078. Pada pukul 14.15 WIB di hari tersebut, kapal Kway Fey 10078 tercatat berada di sekitar koordinat 5 derajat lintang utara dan 109 derajat bujur timur yang merupakan kawasan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Akibat pelanggaran tersebut, Hiu 11 mulai melakukan pengejaran sambil melepaskan tembakan peringatan, tetapi kapal Kway Fey melarikan diri antara lain dengan melakukan manuver zig-zag.

Baca juga: Luhut: Penembakan Kapal Cina Sudah Sesuai Prosedur Internasional

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement