REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan adanya perpecahan di internal jaringan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
"Iya (pecah). Di sana (MIT) ada dua kelompok. Ada kelompok (dengan) Santoso (sebagai pimpinan) dan kelompok lain," katanya di Jakarta, Senin (28/3).
Menurutnya perpecahan tersebut berawal dari adanya kebijakan Santoso selaku pimpinan MIT yang tidak disepakati seluruh anak buahnya. "Karena ada kebijakan Santoso yang tidak disepakati bersama," ucapnya.
Kendati terpecah, jumlah kelompok yang dipimpin Santoso masih lebih banyak dibanding kelompok yang lain. Aparat gabungan TNI-Polri dalam Operasi Tinombala masih gencar memburu Santoso cs hinga saat ini. Kapolri menyebut ruang persembunyian kelompok MIT kini sudah mulai terdesak.
Operasi Tinombala yang diperpanjang selama dua bulan setelah masa berakhirnya pada 10 Maret 2016 dilakukan untuk memaksimalkan penyelesaian kasus-kasus terorisme di Sulawesi Tengah.
Sebelumnya Polda Sulteng sendiri telah menggelar Operasi Camar Maleo I hingga IV di tahun 2015 yang belum membuahkan hasil. Kemudian dilanjutkan kembali dengan Operasi Tinombala sejak 10 Januari 2016 dengan tenggat waktu 60 hari, namun sampai saat ini target operasi Santoso CS belum didapatkan.