REPUBLIKA.CO.ID,DHAKA -- Tindakan kekerasan yang mengatasnamakan Islam di Bangladesh telah dimulai setelah pembunuhan brutal yang menargetkan Bapak Bangsa Banga bandhu Syekh Mujibur Rahman pada 1975.
Para warga Bangladesh selalu menggambarkan Liga Awami sebagai partai anti-Islam. Meskipun pada kenyataan- nya partai tersebut memberikan kon- tribusi besar untuk perluasan pendidikan agama dan kesejahteraan Islam. Menurut Hasina pada 1996, pemerintah kemudian mengambil langkah besar untuk pe - ngembangan dan kesejahteraan Islam mengikuti jalan Bangabandhu.
Menurut Hasina, pada masa pemerintahannya ia membentuk 43 kantor distrik Yayasan Islam. Selain itu, ia juga membentuk "Imam-Muajjin Welfare Trust" untuk kesejahteraan pemimpin agama.
Hal ini juga merupakan bagian dari program Peme rintah Bangladesh untuk melawan terorisme di negara tersebut. Hasina juga memanggil imam dan guru agama untuk menyebarkan ajaran Islam yang sebenarnya di kalangan mahasiswa sehingga mereka bisa mempersiapkan diri dengan nilai-nilai moral yang benar.
Perdana Menteri juga mendistribusikan Alquran untuk anak- anak berbasis masjid dan program pendidikan 2015. Alquran juga didistribusikan di kalangan mahasiswa dan pusat pendidikan Alqur an di seluruh negeri. Salinan Alquran yang didistribusikan merupakan proyek pen- didikan dasar berbasis masjid untuk mer- ayakan hari jadi ke-41 Yayasan Islam.
Sekuler Islam merupakan agama terbesar di Bangladesh. Populasi Muslim di Bangladesh sekitar 148 juta jiwa atau 90,4 persen dari total penduduk Bangladesh pada tahun 2011. Menurut "Bangladesh Reli gious Freedom 2007" yang dilansir Keme n terian Dalam Negeri Amerika Serikat, konstitusi membuat Bangladesh menjadi negara sekuler dan men jamin kebebasan ber agama. Namun, PBB telah mengakui Bang ladesh sebagai negara moderat dan demokrasi Muslim.