REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Militer dan Pertahanan Universitas Indonesia, Muradi meminta pemerintah tak gegabah untuk membebaskan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Menurut Muradi ada dua pendekatan yang harus dilakukan oleh Indonesia. Pertama, jalur diplomatis. Tekanan dari Abu Sayyaf memang hendak mengambil perhatian dunia. Bukan hal yang sulit buat Abu Sayyaf untuk menghabisi para tawanan, maka perlu ada pendekatan secara khusus.
Namun, hal tersebut tak bisa berjalan sendiri. Muradi yakin TNI sendiri sudah bergerak untuk menyelamatkan para tawanan ini. Namun, ia berharap biarkan TNI berjalan sendiri dan melakukan operasi secara senyap.
"Selain jalur diplomatis juga harus ada operasi senyap. Saya yakin Kopassus atau Denjaka sudah bergerak," ujar Muradi.
Indonesia bukan kali pertama menjadi korban dari perompakan. Beberapa tahun lalu, Indonesia menjadi korban perompak Somalia. Saat itu motif perompakan sendiri memang berorientasi uang.
Sedangkan untuk perompakan Abu Sayyaf, ia menyakini ada tujuan lain selain uang, yakni memperliatkan eksistensi terorisme di Asia Tenggara.