Jumat 01 Apr 2016 14:34 WIB

BPS: Bulog Harus Lebih Sigap Beli Gabah Petani

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Ilham
 petani tengah menjemur gabah keringnya.
Foto: Antara/Fiqman Sunandar
petani tengah menjemur gabah keringnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis harga gabah kering panen (GKP) serta gabah kering giling (GKG) pada bulan Maret 2016.

Kepala BPS, Suryamin menilai saat ini terjadi ketimpangan harga cukup besar baik gabah kering panen maupun gabah kering giling. Untuk harga GKP terendah terdapat di Provinsi Jawa Timur sekitar Rp 3.100, sedangkan tertinggi ada di Kalimantan Timur dari GKP varietas Siam Mayang dengan harga Rp 8.800.

Dengan perbedaan di sejumlah daerah, harga rata-rata GKP di petani mencapai Rp 4.703 per Kg, dan di penggilingan mencapai Rp 4.783 per Kg. Nilai ini jauh lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) yang tercantum dalam Intruksi Presiden (Inpres) No 5 tahun 2015, di mana HPP di petani Rp 3.700 per Kg dan di penggilingan Rp 3.750 per Kg.

"Dengan rata-rata nilai gabah ada di atas HPP, ini bisa dikarenakan ada tengkulak yang berani beli harga tinggi. Atau mungkin Bulog kurang cepat beli gabah dari petani," ujar Suryamin di kantornya, Jumat (1/4).

Suryamin mengatakan, Bulog bisa membeli harga gabah yang ada sesuai atau di bawah HPP. Namun pembelian ini nantinya tidak bisa merata di semua daerah karena terdapat daerah yang memiliki GKP cukup tinggi.

Untuk itu, Suryamin berharap Bulog bisa membuat kebijakan dan strategi baru agar pembelian gabah di petani maupun di penggilingan bisa lebih cepat. Bulog juga diminta tak terlalu berbelit yang mengakibatkan waktu pembelian berjalan alot. Padahal, petani pasti membutuhkan pemasukan lebih cepat pasca panen.

"Kadang ada juga petani yang ingin dibayar di muka. Jadi Bulog harus bisa mempunyai informasi yang cepat dan akurat di tiap kota," lanjut Suryamin.

Dengan pembelian gabah lebih cepat dan mencukupi kebutuhan Bulog, maka tengkulak yang biasa menjadi faktor harga beras melonjak bisa ditekan. Apalagi pada bulan April yang menjadi masa panen, maka tengkulak pasti akan berusaha untuk menyerap gabah dari petani. Hal ini harus segera diantisipasi, sehingga pada beberapa bulan ke depan, harga beras di pasaran bisa stabil, terutama menjelang bulan puasa.

"Takutnya ke depan, mereka (tengkulak) akan tahan (beras) sehingga harga tinggi, dan inflasi juga tinggi," katanya.

Dari data BPS, selama bulan Maret rata-rata harga GKP di petani Rp 4.703 per Kg atau turun 9,76 persen. Untuk GKP di penggilingan Rp 4.783 atau turun 9,72 persen dibandingkan gabah kualitas sama di bulan Februari. Untuk GKG di petani Rp 5,501 per Kg atau turun 4,39 persen dan di penggilingan Rp 5.622 per Kg atau turun 4,20 persen‎.

Sementara rata-rata harga beras kualitas premium di tingkat penggilingan Rp 9572 per Kg, turun 2,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Beras medium turun 1,84 persen menjadi Rp 9.444 per Kg, dan beras kualitas rendah turun 2,17 persen menjadi Rp 8.995 per Kg.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement