REPUBLIKA.CO.ID, LISBOA -- Menteri kebudayaan Portugal mengundurkan diri, Jumat (8/4) setelah memicu kemarahan publik di media sosial. Joao Soares mengancam untuk memberikan dua jurnalis 'tamparan' di halaman Facebook-nya.
Diberitakan the Guardian, putra mantan presiden dan perdana menteri Portugal Mario Soares tersebut membuat komentar tentang jurnalis bernama Augusto Seabra dan Vasco Pulido Valente setelah dikritik pedas dalam editorial pada surat kabar Publico. Ia mengancam menampar dan menyebut dua jurnalis tersebut tidak kompeten dan kasar.
"Saya harus menemukannya (kolumnis Augusto Seabra dan Vasco Pulido Valente) sekarang juga, untuk memberi mereka tamparan. Ini akan baik bagi mereka. Dan bagi saya," tulis Soares (66 tahun) di halaman Facebook pada Kamis.
Ulahnya memicu kemarahan masyarakat dan permintaan baginya untuk mundur. Ratusan penguna Facebook dan politisi oposisi menyebut komentarnya tidak sesuai dengan pekerjaan menteri, terutama yang bertanggung jawab atas budaya.
Dia kemudian membela diri dengan mengatakan reaksinya bukan untuk pendapat ataupun krtik dari jurnalis tersebut tetapi karena penghinaan. "Saya penganut kedamaian, maaf kalau saya menakuti mereka," katanya.
Soares menjadi menteri pertama yang meninggalkan pemerintahan berhaluan kiri Perdana Menteri Sosialis Antonio Costa, yang mengambil alih kekuasaan November lalu.
Costa meminta maaf kepada publik dan dua jurnalis atas nama kabinetnya, Kamis (7/4). Ia mengatakan, peristiwa ini tidak mencerminkan bagaimana pemerintah ingin berhubungan dengan masyarakat.
"Soares mengundurkan diri pada Jumat karena alasan solidaritas yang mendalam kepada pemerintah dan politik sayap kirinya," ujar dia dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan kantor berita Lusa.
Dalam editorial yang membuat marah Soares, Seabra mengatakan pengangkatan Soares tidak dapat dipahami dan gaya menteri tersebut dinilai 'kronisme, otoritarianisme, dan kasar'.
Sebelum pengunduran diri Soares, oposisi utama Partai Sosial Demokrat mengatakan Soares mewakili kurangnya rasa hormat terhadap kritik dan kebebasan berekspresi.