REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Restoran Korea Utara yang dikelola negara di ibu kota Indonesia, Jakarta awal pekan ini membatalkan beberapa pertunjukan. Alasannya, pelanggan hanya ada kurang dari 10 orang.
Biasanya, lagu dan tarian dari para pelayan mengiringi makan malam para pelanggan. Beberapa restoran Korut di Asia telah ditutup. Ada sekitar 130 restoran Korut di luar negeri yang dikelola dan dioperasikan oleh pekerja dari Korut. Mereka sebangian besar mengirimkan pendapatan kembali ke Pyongyang. Restoran tersebar banyak di Cina, di Indonesia, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Timur Tengah.
Satu di kota Cina Ningbo masuk dalam berita setelah Palang Merah Korut mengidentifikasi sebagai restoran dari 13 staf yang pergi ke Korea Selatan pekan lalu. Korsel belum mengatakan di mana mereka berada sebelum memasuki negara itu, meski laporan media mengatakan mereka membelot melalui negara Asia Tenggara. Pyongyang menyebutnya sebagai penculikan 'mengerikan' oleh agen dari Korsel.
Restoran adalah salah satu dari beberapa sumber mata uang bagi Korut yang menghasilkan sekitar 10 juta dolar AS per tahun. Beberapa restoran dilaporkan telah merugi sejak sanksi keras PBB atas uji coba nuklir dan rudalnya baru-baru ini meski restoran tidak ditergetkan dalam resolusi PBB.
Korsel bulan lalu menyarankan warganya tidak makan di restoran Korut di luar negeri. Beberapa warga mengatakan sebulan lalu restoran di Ningbo telah ditutup untuk renovasi. Salah satu dari dua restoran Korut di Jakarta juga telah ditutup sementara yang lain di Bangkok memilki sebuah tanda di pintu. Tanda bertuliskan restoran ditutup sampai 20 April untuk renovasi.
Restoran Pyongyang yang masih buka di Jakarta berada di area ramai Kelapa Gading, di utara kota, di antara kantor, bank, dan restoran-restoran lain.
"Tidak ada foto," kata salah satu pelayan berseragam merah muda dan hitam ketika seorang pelanggan mengambil kamera.
Meja-meja dipisahkan dengan papan kayu sehingga tamu tidak bisa melihat satu sama lain.
Pelayan yang berbicara bahasa Indonesia secara terbatas menolak menjawab sebagian besar pertanyaan. Tapi saat ditanya siapa pemilik restoran, salah satu dari mereka berkata, "Semua orang Korea Utara." Ditanya apakah itu berarti pemerintah, pelayan tersebut mengangguk.