Selasa 19 Apr 2016 16:11 WIB

Ahok Tuding Manusia Perahu Jadi Alat Politik

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Angga Indrawan
Warga gusuran melaksanakan sholat di atas perahu di kawasan Pasar Ikan, Luar Batang, Jakarta Utara, Selasa (12/4). (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Warga gusuran melaksanakan sholat di atas perahu di kawasan Pasar Ikan, Luar Batang, Jakarta Utara, Selasa (12/4). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai kehadiran manusia perahu di kawasan bekas gusuran di Pantai Ikan mengandung muatan politik. Ia merasa aneh lantaran warga lebih memilih tinggal di perahu daripada direlokasi ke rumah susun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.

Pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan alasan warga enggan dipindah karena jauh dari lokasinya melaut hanya akal-akalan. Sebab menurutnya, terdapat kawasan supaya nelayan dekat dengan lokasi melaut di Rusun Marunda.

"Kenapa masih ngotot mesti tinggal di Pasar Ikan? Itu berarti sudah politik," ujarnya kepada wartawan, Selasa (19/4).

Ahok menyebut penertiban kawasan Pasar Ikan adalah bagian dari perencanaan wisata bahari. Wisata Bahari adalah konsep penataan kawasan Kota Tua Jakarta agar lebih modern. Ia berharap usai penggusuran, kawasan yang ditertibkannya bisa jadi sarana wisata alternatif bagi warga Ibu Kota.

"Makanya di dalam Pergub kami 2014 penataan kawasan Kota Tua meliputi Tongkol, Ekor Kruing, VOC Galangan, Pelabuhan Sunda Kelapa, Luar Batang sampai Museum Bahari. Jadi kami mau bikin suatu kompleks yang besar, termasuk Kali Besar Barat," jelasnya.

Diketahui, terdapat warga Pasar Ikan kni hidup di atas perahu usai penggusuran. Sedangkan sebagian lain mengontrak rumah di Luar Batang. Adapun sisanya menempati Rusun Rawa Bebek. Dari sebanyak 1.728 KK, hanya 396 KK yang terdaftar sebagai warga Pasar Ikan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement