REPUBLIKA.CO.ID,PHNOM PENH -- Kamboja dilanda kekeringan akibat gelombang panas El Nino hingga pemerintah setempat mengimbau warganya menghemat air.
Setidaknya 65 ton ikan ditemukan mati di Danau Tonle Chhmar, Kamboja. Disinyalir puluhan ton ikan tersebut mati karena kekeringan dan gelombang panas El Nino yang tengah menyergap sebagian besar wilayah Asia Tenggara.
Menurut surat kabar Cambodia Daily, kekeringan menyisakan ketinggian air danau hingga 20 cm saja. Sementara, suhu air dangkal semakin melonjak panas. Belajar dari pengalaman sebelumnya, pemerintah meminta warga untuk menghemat air sampai musim hujan tiba pada Mei.
Di ibukota Phnom Penh, suhu naik lima derajat celcius di atas rata-rata. Gelombang panas semakin memperburuk masalah kekeringan bahkan musim hujan sempat gagal tahun lalu.
El Nino adalah pemanasan permukaan air di Samudera Pasifik, yang mempengaruhi cuaca di seluruh dunia. Di Asia Tenggara, El Nino dapat mengurangi curah hujan dan juga membuat musim kemarau lebih panas dari biasanya.
El Nino paling ekstrim yang pernah terjadi di Kamboja yaitu pada tahun 1997-1998. Pada saat itu, El Nino sangat mempengaruhi persediaan bahan pangan Kamboja.