REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemampuan membaca dan menulis serta berhitung (Calistung) di Papua masih rendah angkanya. Menurut Manager Operasional Wahana Visi Indonesia (WVI) Papua, Charles Sinaga, kemampuannya masih di bawah 50 persen, baik di kelas rendah maupun kelas tinggi.
Charles menerangkan, survey ini berdasarkan yang dilakukan pihaknya di Kabupaten Lanny Jaya, Papua. Data ini ditemukan di 39 Sekolah Dasar (SD) dari total keseluruhan sebanyak 61 SD. “Rata-rata lama sekolah di kabupaten ini juga sangat kecil jika dibandingkan dengan Kota Jayapura,” terang dia dalam Media Briefing "Pembelajaran Pakima Hani Hano di Jakarta, Kamis (28/4).
Atas kondisi itu, Charles menyatakan, hal ini akibat dari proses pembelajarnnya yang tidak teratur. Terlebih lagi pada aspek tingkat ketidakhadiran guru yang cukup tinggi. Distribusi gurunya pun tidak merata dengan baik di wilayah ini.
Di samping itu, angka kekerasan anak yang masing tinggi. Kondisi ini tentu membuat anak tidak nyaman berada di sekolah. “Dan yang pasti media pembelajaran yang belum tersedia juga menjadi penyebabnya,” kata dia.
Kemampuan Calistung ini jelas sangat berhubungan erat dengan lamanya siswa mengenyam pendidikan di sekolah. Menurut Charles, angka rata-rata lama sekolah di Lanny Jaya sangat kecil.
Berdasarkan data Rencana dan Strategi Dinas Pendidikan (Renstra Disdik) Papua 2013 sampai 2018, rata-rata lama sekolah di Lanny Jaya hanya 3,7. Angka ini tidak mengalami perubahan, baik 2010 maupun 2011. Sementara di Kota Jayapura rata-ratanya mencapai 11,0.
“Sebagian besar wilayah pesisir angkanya memang lebih baik dari yang pegunungan,” kata dia.