Rabu 04 May 2016 04:15 WIB

Beratnya Menjadi Muslim di Australia

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Bilal Ramadhan
Kelompok anti-Muslim menggelar aksi demonstrasi di Sydney, Australia, pada 4 April 2015.
Foto: EPA/Mick Tsikas
Kelompok anti-Muslim menggelar aksi demonstrasi di Sydney, Australia, pada 4 April 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, Bagaimanakah rasanya menjadi seorang Muslim di negara yang tengah dilanda Islamofobia seperti Australia?

Beberapa Muslim yang tinggal di Australia mengaku terancam apabila mengungkap identitasnya sebagai Muslim. Akibatnya, tak sedikit Muslim yang menyembunyikan identitas diri dan keluarganya sebagai Muslim.

Seperti halnya pengakuan Michael Kelly (29 tahun) asal Torquay, Inggris. Meski bergabung dalam sebuah tim sepak bola, Kelly tidak pernah memberitahu rekan satu timnya bahwa dirinya seorang Muslim.

"Saya tidak mau dijauhi dan diabaikan oleh orang-orang yang ada di sekeliling saya," kata Kelly dilansir Sydney Morning Herald, Senin (2/5).

Ancaman juga dirasakan oleh Mocca dari Afghanistan. Menurut Mocca, di Australia, semua Muslim kini dianggap sebagai teroris. Mocca semakin ditinggalkan ketika ia memutuskan mengenakan hijab. Keputusannya berhijab membuat dua orang temannya memutuskan hubungan pertemanan begitu saja.

Tak berhenti sampai di situ, Mocca juga mengaku kerap mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari orang asing. Bahkan, ia pernah menjadi sasaran kekerasan verbal dan diancam dengan pisau oleh orang tak dikenal.

"Saya merasa tidak aman ketika bahkan ketika sedang berbelanja. Tidak seharusnya kami mendapatkan perlakuan seperti itu. Kami juga pantas mendapatkan perlakukan yang sama dengan masyarakat Australia lainnya," ujar Mocca.

Tak jauh berbeda dengan Kelly dan Mocca, Amalia Rahmat, mahasiswi asal Malaysia, juga kerap mendapat perlakuan diskriminatif dari teman-teman sekelasnya di salah satu kampus di Melbourne. "Saya takut, saya merasa seperti diasingkan di kelas," kata Amalia.

Hari-hari Amalia di Australia terasa berat karena kedatangannya bertepatan dengan peristiwa penyanderaan yang diduga dilakukan oleh kelompom Islam garis keras. Ketika diminta mengerjakan tugas secara berkelompok, tak satupun teman sekelasnya yang ingin satu kelompok dengan Amalia.

"Saya benar-benar diperlakukan berbeda, mungkin karena aksen dan warna kulit saya atau karena hijab yang saya kenakan," kata Amalia.

Kelly, Mocca dan Amalia adalah beberapa Muslim yang merasakan beratnya hidup di Australia. Tidak menutup kemungkinan ada lebih banyak Muslim lagi yang merasakan dampak dari Islamofobia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement