Rabu 04 May 2016 19:55 WIB

Sebaik-baiknya Hadiah

Alquran
Alquran

Oleh: Ina Salma Febriany

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Wahai sekalian manusia, sungguh telah datang pada kalian nasihat atau pelajaran dari Tuhan kalian dan obat (penyembuh) bagi apa yang terdapat dalam hati,  petunjuk, juga rahmat bagi orang-orang yang beriman,” (Qs Yunus: 57)

Keindahan untaian ayat dan terjemahan surah di atas mendeskripsikan secara mendetail empat fungsi Alquran. Keempat fungsi tersebut ialah bahwa Alquran diturunkan (bertujuan untuk) nasihat dan pelajaran, obat (penyembuh segala macam penyakit), petunjuk, juga rahmat.

Sebab, Allah menurunkan Alquran bukan tanpa tujuan, maka keempat fungsi ini setidaknya mampu menjadi motivasi tertinggi untuk seluruh hamba-Nya—baik yang beriman maupun belum meyakini kekuasaan-Nya—untuk berusaha membaca, menghayati, dan memahami makna Alquran.

Mengapa kaum yang belum beriman juga masuk dalam kategori ayat di atas? Sederhana saja, sebab Allah menyeru dengan menggunakan sapaan umum (yaa ayyuhannaas—wahai sekalian manusia) bukan sapaan khusus—yaa ayyuhalladzina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman). Ayat ini mengindikasikan sinergitas antara keimanan dan Alquran satu; tidak terpisah agar pahala bagi mereka lebih kekal dan besar.

Artinya, jika seseorang beriman kepada Allah, ditambah dengan ketaatannya membaca dan mempelajari Alquran; maka itu akan lebih baik—kendati dengan kebaikan Allah pula, orang yang belum beriman juga akan mendapatkan kebaikan jika mempelajari Alquran.  Kebaikan yang diberikan Allah inilah senada dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh salah seorang sahabat, Abu Musa al-Asy’ari RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah utrujah; baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah kurma; baunya tidak semerbak, namun rasanya manis. Sedangkan, perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran adalah laksana buah raihanah; yang baunya harum namun rasanya pahit. Perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah hanzhalah; baunya tidak wangi dan rasanya juga pahit.” (HR Bukhari dan Muslim).

Menurut Faishal bin Abdul Aziz Ali Mubarak dalam Tatrizu Riyadis Shaalihina, hadis di atas menunjukkan keutamaan orang yang mempelajari Alquran. Tidak cukup dengan keutamaannya saja, Rasulullah SAW membuat sebuah perumpamaan untuk memudahkan pemahaman umatnya. Adapun yang dimaksud dengan tilawah (membaca) Alquran mencakup pengamalan (mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya) petunjuk Alquran, bukan sekadar membaca semata lalu mengabaikannya.

Senada dengan pendapat Faishal bin Abdul Aziz, pengamalan Alquran yang dimaksudnya ialah tadabur Alquran—yang menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah bahwa tadabur (menyimak) Alquran artinya memusatkan hati ke dalam makna-maknanya, memusatkan pikiran untuk mengamati dan memikirkannya. Inilah maksud diturunkannya Alquran dan bukan sekadar membacanya tanpa penghayatan, pemahaman, dan pengamalan.

Lebih lanjut, Ibnul Qayyim al-Jauziyah mengatakan bahwa tidak ada yang lebih dan paling bermanfaat bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat serta yang lebih dekat dengan keselamatannya selain dari mendalami dan memperhatikan Alquran serta memikirkan makna ayat-ayatnya. Sebab, makna-makna ini akan menunjukkan tanda-tanda kebaikan dan keburukan, menunjukkan jalan, sebab, dan buah kebahagiaan, meneguhkan iman, dan memperhatikan gambaran dunia dan akhirat; surga dan neraka juga memperlihatkan kebesaran Allah SWT.

Al-Hasan berkata bahwa Alquran diturunkan agar diperhatikan dan diamalkan. Maka, amalkanlah apa yang kalian baca.

Membaca, menghayati, mengamalkan, dan mengajarkan Alquran adalah tiga kewajiban yang sepatutnya dilakukan oleh tiap insan yang beriman. Sebab, iman saja akan kering jika tidak disejukkan dengan kalam-kalam Allah melalui Alquran. Sebab, membaca dan mempelajari saja akan kosong belaka jika tanpa keimanan dalam dada.

Semoga kiranya Allah SWT menggolongkan kita seperti buah utrujah; perumpamaan yang indah dan sebaik-baik hadiah. Buah yang digambarkan oleh Rasulullah yang wanginya harum dan enak rasanya. Sebaik-baik hadiah bagi orang beriman yang selalu berusaha untuk membaca, memahami dan mengamalkan Alquran. Aamiin

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement