REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi telah memecat Menteri Perminyakannya Ali al-Naimi, pada Sabtu (7/5). Al-Naimi yang telah lama memangku jabatan tersebut digantikan oleh Khaled al-Faleh dalam sebuah perombakan kabinet besar-besaran yang dilakukan Saudi.
Seperti dilansir Aljazirah, kerajaan Saudi melakukan reshuffle pada sejumlah kementerian seperti menteri energi, perminyakan, perairan, transportasi, perdagangan, sosial, kesehatan dan portofolio haji. Kerajaan juga mendirikan komisi baru yakni rekreasi dan budaya.
Televisi negara Arab Saudi mengatakan kementerian perminyakan kini dikenal sebagai Departemen Energi, Industri dan Pertambangan. Menurut keputusan kerajaan, departemen kelistrikan juga akan bergabung dalam departemen energi.
Naimi ditunjuk sebagai menteri perminyakan pada 1995, setelah karir panjangnya di Aramco. Ia telah bertanggung jawab pada kebijakan Saudi untuk terus mempertahankan produksi minyak di tingkat yang sama meski harga minyak rendah.
Penurunan harga minyak memang telah membuat Saudi berbenah terhadap kebijakan ekonominya. Mereka berupaya mengurangi ketergantungan pada minyak dengan mengeluarkan Visi 2030.
Ditunjuk menggantikan Naimi adalah Khalid al-Falih yang kini menjabat sebagai ketua Aramco. Ia akan menjadi Menteri Energi, Industri dan Pertambangan baru Saudi.
Analis mengatakan, penunjukan Falih lebih kepada kemungkinan untuk memperkuat strategi dan bukan perubahan dalam berpikir. Sebab menurut Analis Senior Energi Richard Mallinson, kebijakan minyak terdahulu Saudi juga merupakan kebijakan negara dan bukan murni kebijakan pribadi Naimi.
"Kemunculan Falih sangat kuat menunjukkan pandangan bahwa pasar harus seimbang melalui harga minyak yang rendah. Semua laporan tentang Saudi memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menunggu pemulihan datang, memberikan sinyal bahwa ia nyaman dengan kebijakan saat ini," ujar Mallinson.
Menurut Konsultan Energi Saudi, Saddad al-Hosseini, penunjukkan Falih telah diperkirakan. Sebab menurutnya Falih memiliki pengalaman dalam hal industri maupun eksekutif untuk memimpin reorganisasi sektor energi dan listrik.
Falih merupakan salah satu dari segelintir tokoh Arab yang pandangannya kerap diamati oleh pengusaha maupun analis, terkait kebijakan energi Saudi.
Dalam sebuah konferensi pers di Riyadh akhir Desember lalu, Falih mengatakan ia melihat pasar seimbang kadang-kadang di 2016. Menurutnya ia juga melihat akhirnya permintaan melebihi pasokan dan menyerap kelebihan persediaan dan harga pada waktunya akan merespon hal itu.
"Arab Saudi melebihi siapa pun yang memiliki kapasitas untuk menunggu pasar kembali seimbang," katanya.
Setelah lulus dari University A&M Texas pada 1982, Falih telah menghabiskan 30 tahun di Aramco. Ia menjabat sebagai kepala eksekutif pada 2009 sampai ia diangkat menjadi ketua tahun lalu.