REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- HSBC menaikkan proyeksi PDB Indonesia dari 4,7 persen ke lima persen. Faktor kunci optimisme tersebut yakni pada peningkatan jumlah investasi yang masuk dan terjadinya pertumbuhan investasi yang kuat selama dua kuartal berturut-turut sebesar dua persen.
Ekonom HSBC Su Sian Lim mengatakan, pemerintah Indonesia dinilai efektif dalam upaya untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur. Peraturan yang dikeluarkan pada akhir 2015 memungkinkan proyek untuk tahun anggaran berikutnya didanai dan dilelang terlebih dahulu.
"Pertumbuhan di Indonesia melambat namun tidak menurun tajam berkat kekuatan konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi yang membantu mengimbangi perdagangan eksternal yang melemah. Selain itu, fundamental Indonesia juga terbilang tangguh sehingga mampu menarik arus modal masuk secara kuat," ujar Lim di Jakarta, Kamis (12/5).
Lim menjelaskan, agar Indonesia tetap mearik di mata investor, pemerintah tidak bisa sepenuhnya bergantung pada belanja di bidang infrastruktur. Apalagi, realisasi dari Kementerian Pekerjaan Umum agak tertinggal dibandingkan targetnya. Akan tetapi, tekad pemerintah untuk mencapai tujuan sasaran pembangunan infrastruktur sudah tampak nyata.
Lim mengapresiasi Bank Indonesia (BI) yang telah melengkapi berbagai langkah pemerintah melalui kebijakan tingkat suku bunga dan pemotongan Giro Wajib Minimum (GMW). Dia juga mengapresiasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang meminta bank untuk menurunkan suku bunga kredit hingga 400 basis poin, yakni dari 13 persen menjadi sembilan persen.
"Bahkan, jika hanya seperempat dari target ini terealisir maka hal ini masih secara signifikan menurunkan biaya pinjaman yang pada akhirnya akan membantu menggairahkan perekonomian," kata Lim.
Menurut Lim, biaya pinjaman yang lebih rendah sangat penting bagi pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan menguntungkan dunia bisnis. Namun, Lim mengingatkan bahwa pertumbuhan masih di bawah tren. Oleh karena itu, BI sebaiknya menunggu sampai kuartal II 2016 untuk memberikan kelonggaran.
"BI harus tetap waspada karena kebijakan yang berlebihan bisa memicu risiko kenaikan inflasi dalam jangka menengah," ujar Lim.
Sementara itu, Country Manager & Chief Executive HSBC Indonesia Sumit Dutta mengatakan, Asia Tenggara masih menjadi wilayah yang paling dinamis dan paling cepat berkembang di dunia. Indonesia merupakan kekuatan dominan yang memberikan kontribusi 35 peren dari total PDB ASEAN dan lebih dari 40 persen populasi ASEAN. Menurut Sumit, dengan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia akan memainkan peran penting dalan liberalisasi arus barang, jasa, modal, dan tenaga kerja terampil dalam upaya meningkatkan daya saing serta memfasilitasi investasi ke arah inftastruktur.
"Oleh karena itu, salah satu prioritas strategis bagi HSBC yakni terus menumbuhkan bisnis kami yang sudah kokoh di wilayah ini," kata Sumit.