REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kaki korban luncuran awan panas gunung Sinabung, Cahaya Beru Tarigan (54 tahun) terpaksa kehilangan bagian tubuhnya. Kedua kakinya harus diamputasi akibat luka bakar 60 persen yang dideritanya.
"Pada saat masuk rumah sakit ini kondisi kakinya sudah hangus atau gosong sehingga terpaksa harus diamputasi," kata Dr Utama Abdi Tarigan SpBP, selaku dokter penanggung jawab pasien RSUP H Adam Malik, Selasa (24/5).
Utama mengatakan, amputasi kedua kaki korban dilakukan pada Senin (23/5). Operasi dilakukan setelah pihak rumah sakit mendapatkan persetujuan dari keluarga korban."Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan saat ini sudah stabil," ujar dia. Selain Cahaya beru Tarigan, korban luka bakar lain Cahaya Sembiring Meliala (74) juga masih mendapat perawatan intensif di rumah sakit milik pemerintah ini. Utama pun menyebut, saat ini, kondisi Cahaya Sembiring juga dalam keadaan stabil.
"Kondisi keduanya sekarang stabil. Tapi, memang kondisi kedua pasien ini berat karena luka bakar 50 persen. Jadi, kalau luka bakar 50 persen angka mortalitasnya (kematian) juga sama," kata Utama.
Kedua warga desa Gamber, Simpang Empat, Karo tersebut menjadi korban guguran awan panas gunung Sinabung pada Sabtu (21/5) sore. Akibat kejadian ini, tiga warga yang sedang berkebun di desa Gamber meninggal dunia.
Ketiganya, yakni Karman Sembiring Meliala (60), Irwansyah Sembiring (17) dan Nantin Boru Sitepu (50). Tim SAR pun kembali menemukan dua jenazah pada malam harinya, yaitu Leo Perangin-angin (25) dan Ngulik Ginting (45).
Selain Cahaya beru Tarigan dan Cahaya Sembiring Meliala, dua korban lainnya juga mengalami luka bakar dan dilarikan ke RSUP H Adam Malik Medan. Keduanya, yakni Ersada Ginting (55) dan Ibrahim Sembiring (57). Namun, mereka akhirnya mengembuskan napas terakhir setelah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit tersebut.