Ahad 29 May 2016 15:10 WIB

Kurang Peminat, Bawang Merah Impor Sudah Beredar di Lampung

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Damanhuri Zuhri
Bawang merah
Foto: pixabay
Bawang merah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -– Diam-diam sejumlah pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung sudah menjual bawang merah impor sejak tiga hari lalu. Meski harganya di bawah harga pasaran bawang merah lokal, peminatnya masih sepi.

“Harganya (bawang impor) memang Rp 30 ribu, lebih murah dibandingkan harga bawang merah lokal Rp 45 ribu per kg, tapi pembelinya tidak ada,” kata Warso, pedagang bahan pokok di Pasar Induk Tamin, Bandar Lampung, Ahad (29/5).

Menurut dia, pembeli masih berminat membeli bawang merah lokal meski harganya sudah mencapai Rp 45 ribu per kg dibandingkan dengan bawang merah impor. Ketidakmauan pembeli karena bawang merah impor, selain warna merahnya pucat, setelah digoreng tidak wangi seperti bawang Brebes.

Bawang merah impor, ungkap Warso, sudah beredar sejak tiga hari lalu. Pihak agen bawang sudah memasok ke pedagang-pedagang di pasar tradisional untuk menjual bawang impor. Padahal, ia mengakui bawang impor kurang diminati pembeli, karena kualitasnya rendah dibandingkan bawang lokal.

Pedadang bawang di Pasar Pasir Gintung mengaku baru menjual bawang merah impor, Ahad (29/5). Sebelumnya, ia pernah ditawari agen membeli bawang impor, tetapi belum berminat.

Menurut dia, harga bawang merah lokal mahal tetapi masih banyak yang membeli walaupun dengan jumlah yang tidak banyak. “Pembeli sekarang tidak lagi membeli untuk menyetok, apalagi untuk bulan puasa. Mereka membeli bawang merah hanya untuk sehari-hari,” ujarnya.

Rini, ibu rumah tangga di Gedung Air, mengaku tidak berminat membeli bawang merah impor karena tidak wangi setelah digoreng. Ia masih menyukai bawang lokal meski mahal, dengan cara membeli secukupnya. ”Dari warna saja berbeda, apalagi rasanya tidak seharum bawang lokal,” katanya menerangkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement