Senin 13 Jun 2016 23:27 WIB

Investasi Cina di Indonesia Disebut Meningkat

Red: Yudha Manggala P Putra
Pabrik tekstil, ilustrasi
Foto: Republika
Pabrik tekstil, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Animo investor asal Cina untuk berinvestasi di Indonesia semakin positif dan cenderung meningkat. Hal itu diungkapkan ketua kantor akuntan dan konsultan RSM Indonesia, Amir Abadi Jusuf.

Seusai menerima dan berdiskusi dengan 20 delegasi investor dari Provinsi Jiangsu Cina, di Jakarta, Senin (13/6), Amir menyatakan investor Cina tidak segan-segan lagi untuk datang mencari peluang-peluang investasi, berdiskusi mengenai iklim investasi, dan industri perbankan di Indonesia.

"Animo dan keingintahuan investor asal Tiongkok sangat tinggi. Mereka bahkan tak segan untuk datang ke RSM Indonesia untuk berdiskusi mengenai "doing business" di Indonesia, sektor-sektor investasi yang prospektif untuk mereka investasikan, dan mempelajari mengenai peta industri perbankan nasional," katanya melalui keterangan tertulisnya.

Selain berdiskusi dan mempelajari doing business di Indonesia, 20 delegasi investor asal Provinsi Jiangsu, Cina, juga akan mengunjungi sejumlah proyek pabrik di Indonesia.

Sementara itu International Contact Partner RSM Indonesia, Angela Simatupang, menyatakan, RSM Indonesia menyambut positif antusiasme yang tinggi dari seluruh delegasi yang datang.

Provinsi Jiangsu, lanjutnya, berada di pesisir Timur Tiongkok dan merupakan salah satu provinsi yang memiliki keunggulan di bidang manufaktur elektronika, telekomunikasi dan komponen-komponennya, petrokimia, tekstil, industri logam, dan permesinan.

"Jiangsu merupakan provinsi kedua terkecil di Tiongkok, namun memiliki penduduk terpadat kelima terbesar dari 22 provinsi di sana," katanya.

Menurutnya, Jiangsu juga merupakan provinsi dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kedua tertinggi, setelah Guangdong serta provinsi yang menerima penanaman modal asing terbesar di Tiongkok sejak 2006 dengan nilai PDB pada 2014 mencapai lebih dari 1 triliun dolar AS.

"Manufaktur dan jasa menjadi motor utama yang berkontribusi terhadap PDB dengan porsi 50 persen dan 40 persen," ujarnya.

Angela lebih lanjut menjelaskan kunjungan ini merupakan pengenalan investasi di ASEAN yang digagas oleh RSM di Indonesia, Singapura, dan Malaysia, "Tiongkok saat ini sedang menjalankan strategi pengembangan "One Belt One Road", yang berfokus pada konektivitas dan kerjasama Tiongkok dengan berbagai negara, termasuk di Asia Tenggara," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement