Ahad 19 Jun 2016 18:39 WIB

Gus Ipul Bercita-cita Hafal 20 Juz, tapi Juz 30 Saja Belum Hafal

Acara Indonesia Cinta Alquran di kompleks Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Ahad (19/6).
Foto: Ist
Acara Indonesia Cinta Alquran di kompleks Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Ahad (19/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Nuansa Ramadhan menyemangati umat Islam lebih dekat dengan Alquran. Tak kurang 1.350 peserta menghadiri acara Indonesia Cinta Alquran yang digelar Yayasan Syafa'atul Qur'an Indonesia (Yaqin) di kompleks Masjid Al Akbar, Surabaya, Ahad (19/6).

Kegiatan yang diniatkan untuk menggelorakan kembali kecintaan kepada kitab suci kaum Muslim tersebut dibuka oleh Wagup Jatim Saifullah Yusuf. Tampil memberi taushiyah Ketua Ikatan Dai Indonesia Jatim KH Muhammad Shaleh Drehem, pakar Quantum Tahfidz KH Mudawi Ma'arif, dan master trainer nasional Quantum Tarjamah Ustaz Ahmad Faiz Khudlori Toha, dan Ketua Yaqin sekaligus Direktur Wafa Mohamad Yamin.

Wagub Saifullah Yusuf, menyambut baik kegiatan tersebut. Dia berpkir, acara tersebut adalah inovasi untuk mempercepat pembelajaran Alquran yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini. Gus Ipul, sapaan akrabnya, mengaku, sejak kecil bercita-cita bisa hafal 30 juz. "Tapi sampai sekarang juz 30 saja belum hafal," ucapnya, disambut tawa hadirin.

Ketua Yaqin Mohammad Yamin menyatakan, peserta yang berasal dari kabupaten kota se-Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta itu kemudian diajak mendalami Alquran secara komprehensif. Tak sekadar mengetahui arti penting kitab suci, tapi juga diajari cara melantunkannya dengan lagu hijaz, menghafal, menerjemahkan, dan memahami maknanya.

"Salah satu warisan filosofi kehidupan yang akrab di masyarakat adalah 'moco Quran sak maknane' atau membaca Quran dengan memahami maknanya. Kami ingin budaya baik ini terjaga. Bahkan terus kita kembangkan sebagai landasan kehidupan yang lebih baik bagi Indonesia," katanya.

Menurut Yamin, pihaknya meyakini ketika masyarakat Indonesia makin mencintai Alquran maka negeri ini bakal semakin makmur gemah ripah loh jinawi. Sejahtera ekonominya, rukun dan terjaga keragamannya, sekaligus bahagia jiwanya.

Uniknya, peserta yang hadir bersama belajar menghafal dan menerjemahkan Alquran dengan otak kanan, yang dikembangkan Wafa. Tidak dengan otak kiri seperti yang selama ini dipelajari. "Dengan otak kanan, kecepatan belajar lebih bisa dioptimalkan. Pemahaman dan hafalan juga lebih mudah menjaganya. Metode ini menyentuh sisi imajinasi. Sehingga memanfaatkan kekuatan cerita, kreativitas, hingga lagu," ujar Yamin.

Metode Wafa belajar Alquran metode otak kanan kini sudah dimanfaatkan oleh 41.064 santri di 20 provinsi di 77 kabupaten/kota. Bahkan, ada juga peserta Wafa dari Singapura dan Belanda.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement