REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia pernah mengalami kemajuan pesat dalam sektor industri penerbangan di tangan Bacharuddin Jusuf Habibie. Kepada Republika.co.id, salah satu 'anak intelektual' Habibie, Jusman Syafii Djamal, membeberkan segudang raihan hebat yang dicapai mantan presiden Republik Indonesia tersebut.
Jusman, yang telah bahu-membahu bersama Habibie membangun dan mengelola industri dirgantara nasional selama 15 tahun, menilai sukar mencari pengganti sepadan seperti Habibie.
"Kalau Pak Habibie yang saya kenal itu ahli konstruksi ringan, ada yang disebut kelelahan logam yang bisa timbulkan keretakan, atau crack. Beliau menemukan suatu metode yang belum pernah ditemukan orang lain. Beliau disebut Mister Crack, ahli perambatan keretakan pesawat," ujar Jusman, di kantornya, Jalan Kebon Sirih No 44, Jakarta Pusat, Kamis (16/6).
Atas penemuannya ini, Habibie kerap diundang menjadi pembicara di luar negeri, seperti Jerman, Jepang, bahkan menjadi semacam expert (ahli) di North Atlantic Treaty Organization (NATO) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara. "Reputasi beliau dalam bidang teknologi maju itu diakui oleh internasional," ungkapnya.
Sumbangsih Habibie untuk bangsa tentu tak kalah hebatnya. Saking banyaknya, Jusman bahkan bingung menyebutkan apa saja yang telah diberikan Habibie bagi Indonesia. "Saya kira sumbangannya kalau satu-satu susah," terangnya.
Mantan menteri perhubungan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu akhirnya menyebut salah satu sumbangsih besar Habibie bagi negeri ialah pendirian Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
"Paling besar ialah mendirikan IPTN, dan membuktikan selama 20 tahun bangsa Indonesia bisa menguasai teknologi dirgantara," katanya. Belum pernah ada sebelumnya, kata Jusman, orang Indonesia yang membangun dan mengembangkan industri dirgantara yang memenuhi standar internasional seperti dilakukan Habibie.