REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Suhaedi mengungkapkan bahan dasar pembuatan uang logam. Menurutnya, uang logam pecahan Rp 500 ke bawah memiliki bahan dasar aluminium.
Pembuatan uang logam pecahan Rp 1.000 yang baru menggunakan bahan dasar Nickel Planted Steel (NPS). "Alumunium itu lebih murah dibandingkan dengan nikel," kata Suhaedi di IRTI Monas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Sabtu (25/6).
Meski berbahan dasar aluminium dan nikel, ternyata biaya pembuatan uang logam lebih murah dibanding biaya pembuatan uang kertas. Padahal jika dilihat dari bahan dasar, uang tersebut hanya menggunakan kertas.
Menurut Suhaedi, mahalnya biaya produksi uang kertas tak lain karena setiap uang kertas dilengkapi fitur pengaman. Tak tanggung-tanggung, satu lembar uang kertas bisa memiliki fitur pengaman yang jumlahnya lebih dari 10.
"Uang kertas itu ada fitur pengaman yang jumlahnya lebih dari 10. Fitur pengaman itu yang membuat biaya produksi lebih tinggi dari pembuatan uang logam," ucap Suhaedi.
Baca: BI Sediakan Rp 231 Miliar Penuhi Kebutuhan Lebaran