REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sebagian warga Muslim Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Ramadhan kali ini kembali harus hidup di pengungsian. Mereka berasal dari desa-desa di kaki Gunung Sinabung, Karo, yang termasuk zona merah sehingga harus dikosongkan.
Warga lain yang bertahan di desanya pun turut terdampak erupsi. Selain dicekam ancaman erupsi yang terjadi tiap hari, mereka juga harus menghirup udara berdebu vulkanik. Bahkan belakangan juga disertai hujan kerikil dan pasir yang disemburkan gunung.
Namun, kondisi tersebut tak menyurutkan kaum ibu Sinabung untuk belajar agama. Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, kaum ibu ini mengikuti pelatihan atau daurah Metode Iqra yang diselenggarakan LAZIS Dewan Dakwah.
Daurah Metode Iqra berlangsung di dua lokasi yaitu Desa Sukandebi, Kecamatan Namanteran, dan Desa Kebayaken, Kecamatan Namanteran. Setidaknya sebanyak 90 orang kaum ibu mengikuti pelatihan ini.
Kaum ibu ini dilatih dan dibimbing oleh dai Dewan Dakwah pembina kedua desa itu yang juga merupakan penghafal Alquran 30 juz. Mereka adalah Ustad Jumroni Ayana dan didampingi oleh Ustad Marjoni.
Marjoni menjelaskan, daurah bertujuan membetulkan dan membaguskan (tahsin) bacaan Alquran para peserta. "Sehingga cara membaca Alquran yang mereka ajarkan kepada anak-anak juga benar dan bagus," terang dai muda asal Sambas, Kalimantan Barat ini.