REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS -- Aksi protes penembakan warga kulit hitam oleh polisi berakhir dengan lima polisi tewas. Pada Jumat (8/7), Kepala polisi Dallas, David O Brown mengatakan lima polisi tewas ditembak sniper.
Aksi ini, menurut dia tampak dilakukan secara terkoordinasi. "Mereka bekerja sama, menggunakan senapan, menembak dari posisi tinggi, menggunakan senapan penembak jitu dari titik berbeda di tempat berakhirnya pawai," kata Brown dalam konferensi pers.
Polisi sebelumnya mengatakan empat polisi tewas. Namun kemudian persatuan polisi mengatakan satu korban luka tidak bisa bertahan hingga tewas. Kepolisian menyatakan saat berkabung.
Ini menjadi penembakan massal terhadap polisi terburuk dalam sejarah AS. Total lima tewas dan enam luka-luka. Tiga orang ditahan pada Kamis malam. Kondisi siaga terus diterapkan hingga Jumat.
Belum ada identitas maupun motif yang dipublikasikan. Aksi protes pemicu aksi penembakan ini juga di sejumlah tempat seperti New York dan Chicago. Polisi menahan puluhan orang di sana.
Unjuk rasa dilakukan untuk memprotes aksi penembakan warga kulit hitam oleh Polisi. Philando Castile ditembak di Minnesota pada Rabu. Kekasihnya mengunggah video di internet berisi beberapa menit setelah kejadian.
Brown mengatakan pelaku bernegosiasi dengan polisi dan mengatakan akan ada banyak polisi yang terluka juga terbunuh. Brown mengatakan pelaku sempat berargumen ada bom di seluruh tempat.
"Polisi bernegosiasi dengan pelaku sekitar 45 menit namun tidak kooperatif," kata Brown. Polisi juga menginterogasi dua pemilik Mercedes yang menepi dan melempar tas kamuflase.