REPUBLIKA.CO.ID, JOLO -- Pasukan Filipina dilaporkan telah melancarkan operasi besar pertama di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte. Operasi menewaskan 40 militan Abu Sayyaf dan melukai 25 lainnya dalam dua pertempuran di pulau-pulau selatan Mindanao.
Juru bicara militer regional Mayor Filemon Tan mengatakan pada Senin (11/7), 22 militan tewas dan 16 lainnya luka-luka dalam serangan yang dimulai pekan lalu di hutan Jolo, selatan Sulu. Satu tentara tewas dalam pertempuran tersebut.
Setelahnya, Tan menambahkan, 18 militan Abu Sayyaf lainnya tewas dan sembilan luka-luka dalam serangan simultan di Provinsi Basilan.
Presiden Duterte yang memulai masa jabatannya pada 30 Juni lalu telah memperingatkan kelompok Abu Sayyaf untuk menghentikan penculikan dengan tebusan. Kini Duterte akhirnya menghadapi kelompok tersebut dengan menerjunkan pasukannya.
Kepala militer mengatakan pekan lalu, serangan akan 'mengguncang' kelompok tersebut. Sebelumnya kelompok ini juga telah memenggal dua sandera asal Kanada.
Menurut para ahli keamanan, kelompok Abu Sayyaf tak termotivasi pada ideologi Islam dalam melancarkan aksinya. Namun mereka lebih terdorong meraih jutaan dolar dari penculikan. Uang tersebut kemudian akan digunakan membiayai pembelian senjata.
Baca juga, Abu Sayyaf Penggal Sandera Asal Kanada.
Pemerintah Duterte kembali mendapat tekanan baru setelah gagal mencegah pemenggalan dua warga Kanada dan penculikan kembali warga negara Indonesia. Menteri Pertahanan baru Filipina mengatakan, pembunuhan kelompok Abu Sayyaf kini menjadi prioritas keamanan utama mereka.