Puasa Ramadhan baru saja diakhiri dengan perayaan Idul Fitri. Harapan untuk bisa bertemu kembali dengan Ramadhan mendatang juga sangat tinggi. Ramadhan memang bulan istimewa, penuh rahmat, berkah, dan ampunan dari Allah SWT bagi yang berpuasa berbasiskan iman, ilmu, dan harapan mendapatkan ridha-Nya.
Sedemikian istimewanya Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya hamba mengetahui keistimewaan yang ada dalam bulan Ramadhan, maka ia pasti mendambakan sepanjang tahun itu menjadi Ramadhan." (HR at-Thabrani).
Puasa yang sempurna tidak berakhir dengan selesainya bulan Ramadhan. Sebagai bukti konsistensi dan ketaatan kepada Allah SWT, puasa Ramadhan perlu disempurnakan dengan puasa enam hari di bulan Syawal. Jika ditambah puasa enam hari di bulan Syawal, nilai puasa kita setara dengan puasa setahun.
Dalam hadis, Nabi SAW bersabda, "Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu diikuti (dilanjutkan) puasa enam hari di bulan Syawal, maka puasanya itu seperti puasa setahun." (HR Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ahmad).
Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, puasa enam hari pada bulan Syawal berfungsi sebagai penyempurna Ramadhan karena dapat menggenapkan nilai dan pahala Ramadhan menjadi setara dengan puasa setahun. Hadis Nabi SAW tersebut sungguh logis dan kontekstual. Menurut "matematika Ilahi", setiap amal kebaikan nilainya dilipatgandakan 10 kali lipat (QS al-Qashash [28]: 84). Puasa Ramadhan (sebulan x 10) berarti setara 10 bulan, sedangkan enam hari pada bulan Syawal (enam hari x 10) sama dengan puasa 60 hari atau dua bulan. Sepuluh bulan ditambah dua bulan berarti sama dengan puasa satu tahun.
Secara medis, berdasarkan riset di Universitas California, puasa Ramadhan dan puasa enam hari pada bulan Syawal terbukti dapat membersihkan sisa-sisa makanan (sampah dalam tubuh), racun, dan kolesterol jahat selama kurang lebih setahun. Sehari berpuasa dapat mendetoksifikasi racun dan sisa-sisa makanan dalam tubuh selama 10 hari. Selain itu, puasa dalam jangka waktu tertentu (seperti Ramadhan dan enam hari pada bulan Syawal) terbukti dapat mengurangi risiko penyakit jantung, meningkatkan kekebalan tubuh, dan membunuh pertumbuhan sel kanker, bakteri, dan virus dalam tubuh.
Agar lebih sempurna, hasil riset tersebut menyarankan, agar dibiasakan berpuasa dua hari setiap pekan (puasa Senin dan Kamis) atau sekurang-kurangnya puasa tiga hari setiap bulan (pada tanggal 13, 14, dan 15). Jadi, konsistensi dalam menjalankan ketaatan beragama, seperti berpuasa sunah di luar Ramadhan, tidak hanya berpengaruh secara psikologis, mental, dan spiritual, tetapi juga berfungsi meningkatkan kebugaran dan kesehatan fisik.
Sebagai penyempurna Ramadhan, puasa Syawal juga berfungsi sebagai penghapus dosa-dosa masa lalu. Senada dengan hadis tersebut, Nabi SAW pernah bersabda, "Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya." (HR at-Thabrani).
Puasa enam hari pada bulan Syawal sangat bermanfaat dan multifungsional bagi setiap Muslim dalam rangka menyempurnakan pahala ibadah Ramadhan, memaksimalkan perolehan ampunan dari Allah, sekaligus menunjukkan sifat istiqamah dalam ketaatan dan kedekatan diri dengan Allah SWT.
Puasa Syawal sejatinya merupakan proses pembelajaran puasa lintas masa, situasi, dan kondisi sehingga shaimin dan shaimat terbiasa mengendalikan diri dan memiliki pertahanan mental spiritual yang tangguh. Pertahanan mental spiritual sangat dibutuhkan untuk menghadapi aneka godaan kehidupan yang sering kali menipu dan menyesatkan.
Oleh Muhbib Abdul Wahab