Rabu 13 Jul 2016 12:07 WIB

David Cameron Siap-Siap Mundur

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Inggris David Cameron, Rabu, 22 Juni 2016.
Foto: Geoff Caddick/Pool via AP
Perdana Menteri Inggris David Cameron, Rabu, 22 Juni 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris David Cameron bersiap tinggalkan Downing Street dan melepas jabatannya, Rabu (13/7). Ia akan digantikan Theresa May yang saat ini masih menjabat Menteri Dalam Negeri.

Cameron akan menghadapi Prime Minister's Question terakhirnya di Commons. Kemudian menuju Istana Buckingham untuk menyampaikan pengunduran dirinya pada Ratu.

"Setelah saya pergi, saya harap negara jadi lebih kuat. Sebuah kehormatan untuk melayani negara yang saya cintai ini," kata dia dikutip Daily Telegraph.

May dipastikan gantikan posisi Cameron setelah kandidat rival terakhirnya, Andrea Leadsom mengundurkan diri dari pencalonan pada Senin.

Akhir perjalanan Cameron sebagai PM ini dimulai ketika ia mencetuskan referendum Brexit. Ia mengatakan akan mengundurkan diri jika kalah. Hingga akhirnya hasil menunjukkan perbedaan tipis antara tetap tinggal dan keluar dari Uni Eropa.

"Saya datang ke Downing Street untuk menghadapi masalah-masalah kita sebagai sebuah negara dan memimpin rakyat melewati keputusan sulit sehingga kita bisa mencapai hal yang lebih baik," kata Cameron, dilansir BBC.

Setelah melepas jabatan, ia berencana melanjutkan karir politiknya sebagai anggota parlemen untuk Witney di Oxfordshire. Namun sebelumnya ia akan menghadapi PM's Question yang ke 182 dan lanjut ke Istana.

May juga akan mengunjungi Istana Buckingham untuk menerima perintah kerajaan membentuk pemerintah baru. May kemudian akan jadi perdana menteri Inggris perempuan kedua setelah Margaret Thatcher.

May yang mendukung Inggris tetap di Uni Eropa akan segera mengumumkan tim kabinetnya tak lama setelah menjabat. Kemungkinan ia akan memilih seorang menteri untuk memimpin negosiasi Brexit dengan UE.

Sementara Menteri Luar Negeri Philip Hammond diprediksi akan menggantikan posisi George Osborne sebagai kanselir. May juga dikabarkan akan menempatkan sejumlah politisi perempuan di posisi senior.

Baca: Sejarah Hari Ini: Perempuan Inggris Terakhir yang Dieksekusi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement