Selasa 19 Jul 2016 20:58 WIB

BI DKI Beberkan Penyebab Naiknya Angka Kemiskinan di DKI

Rep: C39/ Red: Bayu Hermawan
Kemiskinan, ilustrasi
Foto: Republika
Kemiskinan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta menjelaskan penyebab naiknya angka kemiskinan di DKI Jakarta.BI mengungkapkan bahwa kenaikan angka kemiskinan di DKI tersebut disebabkan oleh naiknya bahan makanan yang menyebabkan naiknya garis kemiskinan.

Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta, Doni P Poewono mengatakan, kenaikan garis kemiskinan tersebut naik karena bahan makanan naik, bukan disebabkan karena naiknya kurs dolar.

"Nah kenaikan itu disebabkan karena bahan makanan, bahan makannya itu telor ayam sama daging ayam. Tapi, kenaikannya itu tidak signifikan,” kata Doni saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (19/7).

Menurutnya masalah kenaikan angka kemiskinan di DKI tersebut tidak usah dibesar-besarkan, karena garis kemiskinannya hanya naik 0,14 persen.  "Jadi gak usah dibesar-besarkan itu, garis kemiskinanya cuma 0,14 poin kok. Itu karena situasional aja, karena harga makanan naik aja," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak menampik bahwa angka kemiskinan di DKI Jakarta meningkat. Namun, ia berdalih bahwa peningkatan tersebut karena pengaruh dolar

Namun, menurut Doni, kurs dolar dengan meningkatnya kemiskinan di DKI Jakarta tidak mempunyai relevansi. 

"Enggak, enggak ada, itu karena harga barang makanan naik saja. Jadi dia  enggak mampu beli. Pokoknya itu intinya, kemiskinan di Jakarta itu naik karena garis kemiskinan naik dari 503.000 ke 510.000," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Fadjar Majardi. Menurut dia, hubungan antara meningkatnya kemiskinan di Jakarta dengan naiknya dolar tidak mempunyai relevansi. Kata dia, meskipun ada pengaruhnya terhadap meningkatnya kemiskinan tidak begitu signifikan.

"Jauh, jauh itu, tidak relevan. Ya itu tidak begitu signifikan," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement