Sabtu 23 Jul 2016 10:35 WIB

Festival Lima Gunung Gali Kearifan Lokal

Sejumlah seniman Komunitas Lima Gunung menampilkan kolaborasi tari, olah tubuh, dan musik kontemporer berjudul 'White Noise' pada gelaran Borobudur Writers & Culture Festival (BWCF) 2015 di panggung terbuka komplek Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, J
Foto: Antara/Anis Efizudin
Sejumlah seniman Komunitas Lima Gunung menampilkan kolaborasi tari, olah tubuh, dan musik kontemporer berjudul 'White Noise' pada gelaran Borobudur Writers & Culture Festival (BWCF) 2015 di panggung terbuka komplek Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, J

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Penyelenggaraan Festival Lima Gunung sebagai upaya seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang mewujudkan semangatnya menggali nilai-nilai kearifan lokal untuk memperkuat spirit kehidupan bersama masyarakat. Hal itu diungkapkan  ketua komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang Supadi Haryanto.

"Kami selalu berupaya untuk mewujudkan nilai-nilai kearifan lokal yang coba kami gali bersama-sama dengan para pegiat komunitas, untuk kemudian kami rumuskan menjadi tema festival setiap tahun," katanya di Magelang, Sabtu (23/7).

Festival Lima Gunung XV selama 19-24 Juli 2016 bertempat di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di kawasan antara Gunung Merapi dan Merbabu, sedangkan pembukaannya di Candi Gunung Wukir Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

Ia mengatakan tema festival tahunan yang secara mandiri atau tanpa sponsor, diselenggarakan oleh komunitas yang meliputi para seniman petani di kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh Kabupaten Magelang, untuk tahun ini adalah "Pala Kependhem".

Agenda pesta kebudayaan petani dengan jejaring komunitas senimannya di berbagai kota itu, katanya, bukan hanya pementasan kesenian akan tetapi antara lain juga pidato kebudayaan, pameran seni rupa dan seni instalasi berbahan alam pertanian, kirab budaya, prosesi ritual terkait dengan tema tersebut.

"Tema yang kami usung adalah hasil pemikiran bersama dan renungan bersama, terutama para pimpinan kelompok-kelompok seniman di Komunitas Lima Gunung, yang kemudian kami ungkapan menjadi karya seni kreatif yang disajikan dalam pergelaran," kata Supadi yang juga pimpinan Sanggar Andong Jinawi Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, di kawasan Gunung Andong.

Ia menjelaskan secara harfiah, tema festival tahun ini, yakni "Pala Kependhem" terkait dengan kekayaan jenis pertanian yang buahnya tumbuh dan berkembang di dalam tanah, seperti halnya ubi, singkong, gembili, dan tales.

"Bahwa 'pala kependhem' itu kaitannya dengan refleksi terhadap ketahanan pangan. Supaya sumber makanan pokok tidak hanya tergantung beras saja, tetapi juga ada bahan lainnya, ada singkong, ubi, tales, gembili. Itu juga penting dimasyarakatkan kembali guna mengurangi ketergantungan kepada beras," katanya.

Secara simbolik, katanya, tema "Pala Kependhem" diangkat dalam festival tahun ini untuk mengajak masyarakat luas menggali kembali berbagai nilai kearifan lokal dan nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang bangsa, untuk menjadi kekuataan dan ketahanan moral serta spiritual masyarakat saat ini dalam menjalani kehidupan modern dengan berbagai tantangannya.

"Jangan sampai nilai-nilai kearifan lokal itu tenggelam oleh perkembangan zaman. Bukannya masyarakat zaman dahulu membuktikan kemampuan membangun hidup makmur, aman, dan tenteram. Mereka hidup rukun dan saling menghormati, mereka hidup dalam semangat kekeluargaan dan tertib terhadap aturan, pemimpinnya juga menjunjung nilai-nilai bermartabat, menjadi panutan hidup bersama. Hal-hal seperti itu patut digali dan dikembangkan untuk hidup zaman sekarang. Jangan biarkan terpendam," katanya.

Sekitar 50 grup kesenian tampil dalam Festival Lima Gunung XV/2016. Mereka berasal dari berbagai kelompok seniman Komunitas Lima Gunung, beberapa grup dari desa-desa sekitar Keron, dan kelompok seniman dari beberapa kota besar.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement