REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terletak di semanjung kecil di jazirah Arab, Qatar juga merupakan negara yang kaya akan sejarah. Berbagai peradaban datang dan silih berganti di negara yang kini dipimpin oleh Emir Syekh Tamim bin Hamad al-Thani.
Negara yang berbatasan dengan Arab Saudi di batas selatan dan Teluk Persia ini menjadi merdeka pada 3 September 1971 setelah lepas dari dominasi Inggris dan Dinasti Ottoman. Belakangan, Pemerintah Qatar gencar berupaya mengeskplorasi situs-situs tersebut untuk kepentingan kajian sejarah dan pariwisata:
Al-Zubarah, Pusat Perniagaan
Kota yang berlokasi di Teluk Arab ini menjadi pusat perdagangan yang berkembang pesat meski hanya dalam periode yang singkat dari abad 18 hingga 19 M. Kota ini didirikan oleh Kabilah Utub dari Qatar dengan aktivitas ekspor impor yang sangat besar. Kota ini menjadi pusat perniagaan yang menghubungkan Samudra India, Laut Arab, dan Asia Barat. Sebagian besar situs ini rusak pada 1811 dan akhirnya ditinggalkan pada awal abad 20.
Fuwairit
Ini merupakan salah satu permukiman tertua dan berukuran luas yang sangat penting dalam sejarah Qatar sejak abad 16. Lokasinya berada di timur laut Pantai Qatar. Pada abad 19 M, kawasan ini kian menonjol saat keluarga al-Thani berpindah ke daerah ini setelah sebelumnya mereka berdomisili di barat laut Pantai Qatar. Penelitian termutakhir berupaya menguak sejarah dari beragam peninggalan yang tersisa.
Murair, Benteng Pertahanan
Benteng yang terletak di tenggara Kota al-Zubarah ini didirikan oleh Utub al-Khalifah pada akhir abad ke-18 M. Benteng ini berfungsi untuk mengawasi dan melindungi kota dari penjajah. Sebagai basis pertahanan, bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas pendukung di dalamnya, seperti masjid yang dikenal dengan Masjid Murair dan lima sumur yang mengeluarkan air segar.