REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Archandra Tahar mengaku tak pernah bermimpi menduduki jabatan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Maklum, doktor lulusan Texas A&M University tersebut selama belasan tahun berkiprah sebagai profesional di industri minyak dan gas.
Ia pernah menjabat sebagai presiden direktur Petroneering, sebuah perusahaan pengembangan teknologi dan engineering untuk kilang offshore yang bermarkas di Houston, Amerika Serikat. Chandra juga telah malang-melintang bekerja sebagai praktisi di sejumlah perusahaan minyak dan gas, antara lain TLP, Spar, Multi Colum Floater dan Compliant Tower.
Chandra menuturkan, sebelum diminta menjadi menteri, ia sempat diajak berdiskusi oleh Presiden Jokowi untuk membicarakan masalah yang dihadapi Indonesia di bidang minyak dan gas. Dari pengalamannya bekerja sebagai praktisi bidang migas di Amerika, Chandra pun mengutarakan ide-idenya untuk perbaikan sektor migas di Tanah Air. Rupanya diskusi dengan Jokowi itu terus berlanjut sampai akhirnya Presiden memintanya menjadi menteri ESDM.
Menurut Chandra, permintaan untuk jadi menteri itu baru disampaikan Presiden sekitar satu atau dua hari lalu. Ia sendiri mengaku baru tiba di Indonesia pada Ahad kemarin.
"Agak surprise. Saya tidak bermimpi untuk menjadi apa yang ada hari ini," kata Chandra ketika ditanya perasaannya jadi menteri.