Kamis 28 Jul 2016 21:49 WIB

Pesan Politik Jokowi Lebih Kuat Dibanding Ekonomi Dalam Reshuffle Kabinet

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Bayu Hermawan
Drajat Wibowo
Foto: Republika
Drajat Wibowo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad Wibowo menilai perombakan (reshuffle) kabinet kerja yang dilakukan Presiden Joko Widodo kemarin, Rabu (27/7), justru lebih banyak menunjukan pesan politik ketimbang pesan bernuansa ekonomi.

Walaupun dalam reshuffle kabinet itu ada beberapa nama yang dimasukan dengan alasan untuk memperbaiki kinerja tim ekonomi pemerintahan Jokowi-JK. Salah satu nama yang masuk adalah mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Namun, Drajad menilai, pesan politik yang coba disampaikan Jokowi dalam reshuffle itu justru terasa sangat kuat.

''Sektor yang lebih banyak dirombak memang tim ekonomi, tapi saya lihat justru pesan politiknya yang lebih kuat dibanding pesan ekonomi,'' kata Drajad dalam diskusi 'Dialektika Demokrasi' di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (27/7).

Lewat perombakan kabinet kali ini, ujar Dradjad, Presiden Joko Widodo seolah-olah ingin menunjukan pesan bahwa dirinya yang memegang kendali. Sikap politik ini terkait dengan pemilihan menteri-menteri yang akhirnya digeser dan menteri-menteri yang dipertahankan. Sikap politik ini pun ditujukan presiden kepada semua pihak, termasuk kepada Parpol ataupun lingkungan internal Istana.

''Presiden ingin menunjukan sikap politik I am the man, saya yang menentukan. Beliau ingin menunjukan dia bukan lagi petugas partai, tapi Presiden RI,'' tutur mantan Wakil Ketua Umum PAN tersebut.

Drajad memberi contoh, di tengah terpaan berbagai pihak untuk mencopot Menteri BUMN, Rini Soemarno, Presiden Jokowi akhirnya memutuskan untuk tetap mempertahankan Rini di Kabinet Kerja.

Tidak hanya itu, dengan reshuffle kabinet yang dilakukan, Drajad menilai, presiden ingin menegaskan kembali soal soliditas kerja kabinet. Menurut Drajad, semua menteri-menteri yang dianggap gaduh memang akhirnya dicopot oleh presiden.

Langkah ini, lanjut Dradjad, cukup baik jika dilihat dari aspek tata manajemen pemerintahan. Pasalnya, kabinet memang akan lebih solid. Namun, dari sisi transparansi dan akuntabilitas sedikit berkurang.

''Karena kita jadi tidak tahu perbedaan pandangan antar menteri. Bahkan, anggota DPR juga mungkin kesulitan mengetahui perbedaan pandangan itu. Kelemahan-kelemahan di dalam setiap policy, jadi sulit untuk diketahui,'' ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement