REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, Intan Ahmad, mengakui belum punya data yang pasti mengenai jumlah rata-rata sarjana fresh graduates yang menganggur dalam beberapa tahun belakangan.
“Angkanya secara pasti kami belum ada. Tapi kalau data yang selalu ada, bisa dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan sebagainya, itu angka pengangguran itu ratusan ribu,” ucap Intan Ahmad di kantor Kementeristek Dikti, Jakarta, Jumat (29/7).
Kemenristek Dikti mendorong agar semua kampus di Indonesia dapat membuat pusat informasi dan pengembangan karier. Intan memandang hal itu perlu untuk memetakan berapa jumlah lulusan fresh graduates yang dihasilkan dan berapa yang diserap lapangan kerja setiap tahunnya dari sebuah kampus.
Sistem yang sama juga dijalankan untuk melacak kelemahan dan kekuatan lulusan perguruan tinggi. Misalnya, menghitung rentang waktu rata-rata yang dibutuhkan fresh graduates untuk mendapatkan pekerjaan pertama. Kemudian, berapa kisaran gaji pertama mereka dan sebagainya. Hal itu akan menjadi masukan bagi pihak kampus untuk mengukur efektivitas kurikulum.
Intan menyebut kurikulum berwawasan wiraswasta sebagai satu upaya mengatasi pengangguran akademik. Dia menilai, mahasiswa perlu didorong untuk mau berusaha membuka lapangan kerja, alih-alih memilih menjadi pegawai.
“Dibandingkan dengan negara-negara tetangga saja se-ASEAN, tingkat lulusan yang menjadi wirausaha itu masih rendah sekali. Itu masih mungkin sekitar tidak sampai lima persen (dari total lulusan fresh graduates),” paparnya.