REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, membuka dapur umum pada areal pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-26 untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengunjung MTQ.
"Dapur umum kami buka pada dua titik, yakni di areal pameran MTQ, dan depan Gedung Wanita Jalan Udayana," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram H Supardi di Mataram, Kamis (4/8).
Pembukaan dapur umum ini, katanya, bertujuan memberikan kemudahan bagi para pengunjung MTQ yang datang dari berbagai daerah baik dari Pulau Lombok, Sumbawa maupun luar daerah. Pada dapur umum itu tersedia, air bersih, air mineral, air panas yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung MTQ untuk sekedar membuat mi instan, kopi, teh atau susu.
"Kami bahkan menyiapkan air biasa yang dapat digunakan untuk mencuci tangan, cuci piring, gelas atau menyiram tanaman di areal MTQ agar tetap terlihat segar dan indah," katanya.
Menurut dia, dapur umum itu dibuka sejak kegiatan MTQ dimulai yakni pada Sabtu (30/7) dan akan ditutup juga bersamaan dengan berakhirnya pelaksanaan MTQ yang dijadwalkan Sabtu (6/8) malam. Dia menjelaskan, dapur umum itu berfungsi juga sebagai posko bagi personel tim reaksi cepat (TRC) dari BPBD, dimana setiap harinya pihaknya menerjunkan 17 orang personelnya.
Sebanyak 17 orang personel TRC itu bertugas melakukan kontrol, dan pengawasan bahkan membantu aparat kepolisian dalam berbagai hal di areal MTQ, terutama menjaga keamanan dan ketertiban. "Dengan demikian, pelaksanaan MTQ bisa berjalan lancar dan sukses hingga akhir,” kata dia.
Tidak hanya itu, katanya, TRC juga peduli dengan kebersihan areal MTQ karenanya TRC juga ikut serta dalam melakukan pembersihan di pagi hari."Kita ingin agar Kota Mataram ini tetap bersih, sehingga bisa menjadi kesan baik bagi para tamu yang datang ke kota kita,” kata dia.
Menurut dia, banyaknya sampah berserakan dan tumpukan di sana-sini, karena pada malam harinya antusias warga dari berbagai penjuru Pulau Lombok tumpah ruah memadati arena MTQ, baik di Islamic Center maupun di sepanjang Jalan Udayana dan Jalan Langko.
Belum lagi para pedagang kaki lima (PKL) dan pedagang asongan yang jumlahnya tidak terhitung, menjadi pemicu terjadinya tumpukan sampah. "Ini memang bukan bidang kami, tetapi apa yang kami lakukan adalah bentuk kepedulian terhadap kondisi kota," kata Supardi.