REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai pemangkasan anggaran belanja hingga Rp 133 triliun pada APBN Perubahan 2016 dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Keputusan pemangkasan anggaran belanja ini telah disepakati dalam sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Rabu (3/8) kemarin.
"Ya tentu setiap penurunan anggaran mempunyai efek kepada pertumbuhan secara keseluruhan nanti. Terkecuali kalau investasi swasta dan investasi luar itu banyak yang masuk. Ya kita bersyukur di seluruh dunia, kalau masih bisa mencapai lima persen, ya ok-lah lumayan," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (5/8).
JK menjelaskan, pemangkasan anggaran ini dilakukan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta penerimaan pajak yang menurun. Selain itu juga mempertimbangkan permasalahan ekonomi dunia yang juga mempengaruhi pendapatan dalam negeri.
"Setidak-tidaknya tidak beda dengan tahun yang lalu. Akibat itu tidak naik dibanding tahun lalu maka berarti pengeluaran juga harus dikembalikan seperti tahun lalu. Yang salah kan pajak nih, pajak tidak tumbuh sesuai dengan harapan," kata dia.
JK mengatakan, dilakukannya pemangkasan anggaran ini memang sudah diprediksi sejak awal olehnya. Pemangkasan nantinya akan dilakukan di sektor yang tak menjadi prioritas pemerintah. Ia pun menegaskan, anggaran pembangunan dan infrastruktur, serta pangan hanya akan terkena sedikit pemotongan. Selain itu, anggaran transfer ke daerah juga akan terkena pemotongan.
"Sejak awal memang saya sendiri sudah memperkirakan bahwa perlu pemangkasan. Yang diprioritaskan ialah yang tidak prioritas. Diproritaskan dipangkas adalah yang tidak prioritas dari sisi pembangunan, seperti infrastruktur pangan itu tetap jalan kalau dipotong tentu sedikit. Karena yang dipotong kan cukup banyak Rp 133 triliun," ungkap JK.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, pemangkasan anggaran dilakukan untuk mencegah pelebaran defisit anggaran. Menurut dia, penerimaan negara tahun ini akan mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun-tahun sebelumnya. Dia mengungkapkan, penerimaan perpajakan masih akan mengalami tekanan yang sangat berat.