REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menargetkan volume ekspor mobil akan naik 10 persen pada tahun depan dibandingkan tahun ini yang mencapai 200 ribu unit. Potensi ini didorong dengan kebijakan pemerintah menciptakan iklim investasi yang kondusif dan makin agresifnya para prinsipal memproduksi kendaraan global.
"Saya optimistis karena pemerintah bersama pelaku industri otomotif di dalam negeri bertekad mewujudkan Indonesia menjadi basis produksi industri kendaraan bermotor serta komponennya di ASEAN bahkan dunia," ujar Airlangga di Jakarta, Kamis (11/8).
Dalam upaya mendongkrak pasar ekspor, Kementerian Perindustrian terus berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pertamina terkait pembahasan tentang peningkatan standar emisi dari Euro2 ke Euro4. Airlangga menambahkan, Kementerian Perindustrian minta supaya Pertamina bisa menyiapkan suplai bahan bakar yang mendukung standar emisi tinggi dengan target tahun 2019 atau 2020.
"Saat ini Pertamina sudah menyiapkan kilang," kata Airlangga.
Kementerian Perindustrian telah serius mengkaji tentang pemberlakuan standar Euro4. Menurut Airlangga, pemberlakuan standar ini bermanfaat dari sisi lingkungan, juga berdampak ke industri. Airlangga mengimbau agar pelaku industri otomotif di dalam negeri agar memprioritaskan produksi kendaraan yang ramah lingkungan sehingga memenuhi standar emisi kendaraan Euro-4.
Solusi lainnya untuk meningkatkan ekspor yakni para prinsipal perlu memperbanyak produksi kendaraan yang diminati pasar global saat ini seperti tipe sedan dan SUV. Apalagi selama ini di Indonesia lebih banyal memproduksi model MPV. Di sisi lain, Airlangga meminta kepada para pelaku industri otomotif nasional agar lebih memperdalam struktur industri melalui peningkatan kemampuan industri komponen.
Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, penjualan kendaraan bermotor roda empat pada 2015 mencapai 1,1 juta unit. Angka penjualan ini akan terus tumbuh seiring peningkatan ekonomi nasional. Apalagi, pemerintah telah memprioritaskan pengembangan industri otomotif nasional melalui berbagai langkah strategis khususnya untuk menarik investasi baru dan mendorong peningkatan kapasitas produksi.
Industri otomotif juga memberikan efek ganda cukup besar terhadap kegiatan sektor ekonomi lainnya, terutama terhadap penyerapan tenaga kerja yang hingga saat ini mencapai 1,5 juta orang. Jumlah itu terdistribusi pada berbagai sektor mulai dari industri perakitan, industri komponen lapis pertama, kedua dan ketiga, sampai di tingkat bengkel resmi sales, service dan spare parts.