Sabtu 20 Aug 2016 07:16 WIB

Maduro akan Balas Kudeta Lebih Keras Dibanding Turki

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro
Foto: whatsnextvenezuela.com
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan aksi pembersihan besar-besaran oleh Presiden Turki Tayyip Erdogan akan nampak seperti permainan anak jika dibandingkan dengan tindakannya terhadap oposisi yang mencoba kudeta.

"Kalian lihat apa yang terjadi di Turki? Erdogan akan nampak seperti tengah menyusui bayi, dibandingkan dengan apa yang akan kita lakukan sebagai pendukung revolusi Bolivaria, jika kelompok kanan melangkahi batas dengan mencoba kudeta," kata Maduro dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis malam waktu setempat (18/8).

Usai upaya kudeta militer yang berakhir dengan kegagalan pada pertengahan Juli 2016, pemerintahan Erdogan menangkap, memecat, dan menyelidiki lebih dari 60 ribu orang yang bekerja di berbagai institusi negara, mulai dari angkatan bersenjata, kehakiman, pegawai negeri, dan juga guru.

Pada 2002, pendahulu Maduro, mantan Presiden Hugo Chavez juga sempat lolos dari upaya kudeta oleh kelompok oposisi. Sejak saat itu, kubu pemerintah yang menamakan diri kelompok revolusioner Bolivaria-diambil dari nama tokoh pembebas Amerika Latin, Simon Bolivar--tersebut selalu menuding oposisi sebagai pihak yang berniat mengambil alih kekuasaan dengan cara paksa.

Namun di sisi lain, popularitas pemerintahan Maduro kini berada di titik terendah akibat rendahnya harga minyak dunia dan kesalahan kebijakan ekonomi. Semua faktor itu membuat Venezuela, sebagai salah satu negara termakmur di Amerika, jatuh ke dalam resesi.

Akibatnya, para penduduk harus bertahan di tengah kelangkaan bahan pangan dasar dan juga obat-obatan. Kubu oposisi berencana untuk menggelar demonstrasi besar pada 1 September mendatang di Caracas. Mereka menuntut referendum dengan tujuan mempersingkat masa kekuasaan Maduro yang seharusnya berakhir pada 2019 mendatang.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement