REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan, nasib ratusan mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Pasiad perlu dipastikan segera.
Berdasarkan laporan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Turki, ungkap Retno, kebanyakan penerima beasiswa tersebut sedang menempuh pendidikan S-1 di Turki. Jumlahnya pun signifikan.
"Secara total, jumlah mahasiswa kita yang ada di Turki adalah 738 orang. Nah, yang mendapatkan beasiswa Pasiad, adalah 248 orang, empat di antaranya adalah penerima beasiswa S-2. Jadi, the rest S-1," papar Menteri Retno Marsudi dalam jumpa pers di kantor Kemenlu, Jakarta, Selasa (23/8).
Sebanyak 248 WNI itu, lanjut dia, tersebar di 20 kota. Paling banyak, bertempat di Istanbul (62 orang), Ankara (59 orang), dan Kayseri (27 orang). Berdasarkan asal daerah, papar Retno, mereka dari 16 provinsi di Indonesia, meskipun masih ada beberapa mahasiswa yang datanya masih terus ditelusuri.
Mayoritas penerima beasiswa Pasiad berasal dari Jawa Barat, Aceh, dan Jawa Tengah. Menurut Retno, data ini urgen agar pemerintah pusat dapat berkoordinasi dengan pemerintah daerah demi memastikan kelanjutan studi mereka di Turki.
Selain itu, Retno menuturkan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Mendikti, Mendikbud, dan Kepala LPDP sebagai lembaga penyedia dana beasiswa. "Karena sudah jelas bahwa beasiswa yang berasal dari Pasiad sudah tak akan ada lagi," ucap dia.
Lantaran itu, Menlu menjelaskan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan semua penerima beasiswa Pasiad serta pihak keluarga mereka masing-masing. Kemenlu telah memaparkan situasi dan konsekuensi dari berakhirnya izin operasi Pasiad di Indonesia.
Baca juga, DPR Kecam Penangkapan Dua Mahasiswi Indonesia di Turki.
Namun, kata Retno, keputusan mengenai sumber dana pendidikan mereka pascausainya beasiswa Pasiad ada di pribadi tiap penerima beasiswa itu. "Keputusan ada di pihak orang tua dan anak-anak," ujar Menlu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Fethullah Gulen, sebagai dalang kudeta gagal pada Juli lalu. Adapun Pasiad merupakan organisasi pendidikan yang dituding berafiliasi dengan Gulen.