Seorang mahout (pawang gajah) bercengkrama dengan gajah asuhannya di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas, Lampung. (FOTO : Nico Kurnia Jati)
Kaki mahout terjuntai di kening gajah. Hubungan Mahout dan gajah asuhannya bisa berlangsung seumur hidup. (FOTO : Nico Kurnia Jati)
Karena area PLG sangat luas, truk digunakan untuk membagikan pakan gajah. Taman nasional ini telah ada sejak jaman Belanda dengan luasan sekitar 1300 hektare (Foto: Nico Kurnia Jati) (FOTO : Nico Kurnia Jati)
Mahout memandikan gajahnya. Hubungan kedua spesies ini bisa sangat erat seperti hubungan orang tua dan anaknya. (FOTO : Nico Kurnia Jati)
Bayi gajah memperoleh asupan makan cair dari dot yang juga berukuran jumbo. Seorang mahout bertindak sekaligus sebagai orang tua yang mengawasi pertumbuhan, kesehatan hingga bakat sang gajah di masa depan. (Foto: Nico Kurnia Jati) (FOTO : Nico Kurnia Jati)
Mahout bersantai tidur-tiduran bersama gajahnya yang juga tergeletak. Untuk melatih mahout-mahout ini PLG mendatangkan instruktur dari Thailand termasuk gajah pelatih sebagai tandem. (Foto: Nico Kurnia Jati) (FOTO : Nico Kurnia Jati)
Mahout menggembalakan gajah-gajah PLG Way Kambas. Gajah-gajah ini bisa dilatih untuk berbagai keperluan mulai dari pelatihan, penjagaan, wisatawan, hingga gajah sirkus (Foto: Nico Kurnia Jati) (FOTO : Nico Kurnia Jati)
Sesama mahout melatih mahout laiin dalan mengasuh gajahnya. (Foto: Nico Kurnia Jati) (FOTO : Nico Kurnia Jati)
Wisatawan PLG Way Kambas memberikan pisang kepada gajah penghuni TNWK. Atraksi ini sempat dihentikan namun kembali dibuka karena posisi TNWK sebagai destinasi wisata dunia. (Foto: Nico Kurnia Jati) (FOTO : Nico Kurnia Jati)
Mahot bersiap sebelum melakukan patroli bersama gajahnya. Serangan gajah liar ke kawasan hunian penduduk menjadi ancaman yang harus diantisipasi gajah-gajah dari PLG Way Kambas. (Foto: Nico Kurnia Jati) (FOTO : Nico Kurnia Jati)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, Mahout adalah istilah yang digunakan secara internasional untuk pawang gajah. Mahout sendiri diserap dari bahasa Hindi (mahaut) dan bahasa Sansekerta (mahamatra). India, Sri Langka, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Indonesia juga menggunakan sebutan kata mahout untuk mengistilahkan profesi pawang gajah.
Menjadi seorang mahout juga bukanlah tugas yang ringan. Risiko gajah asuhannya yang mengamuk, hingga datangnya gajah liar ke permukiman dan ladang warga selalu mengancam. Di sisi lain, mahout harus memperlakukan sang gajah layaknya anggota keluarganya sendiri. Mahout pun harus memperlakukan gajah-gajah yang ada di alam liar dengan kasih sayang.
Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan gajah, Pusat Konservasi Gajah - Taman Nasional Way Kambas mulai mendatangkan beberapa mahout dari Thailand, lengkap dengan gajah latih yang juga didatangkan dari sana. Materi pelajaran pelatihan gajah tersebut dibagi menjadi beberapa materi pokok, seperti penangkapan gajah liar, pengerungan atau penjinakan, pelatihan kemampuan sirkus dan patroli.
Ada hal yang menarik dari proses interaksi manusia dan gajah tersebut. Gajah dan para mahoutnya bagaikan sepasang sepatu yang selalu bersama. Sebuah pemandangan yang unik jika mahout memperlakukan gajahnya seperti anak sendiri hingga menganggapnya seperti manusia, dengan mengajaknya berbicara dan bercerita tentang kehidupan sehari-hari.
sumber : Republika
Advertisement