REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan dirgantara asal Prancis, Dassault Aviation akan memperluas lini bisnis pesawat jet Falcon, antaroperator Asia Tenggara pada tahun ini. Dassault akan hadir dalam Indonesia Business dan Charter Aviation Summit (IBCAS) yang dimulai pada 7 September 2016.
"Komunitas bisnis Indonesia memiliki persyaratan substansial, baik untuk perjalanan dalam negeri dan luar negeri. Pesawat jet memberi mereka lebih banyak fleksibilitas, dan memungkinkan mereka untuk membuat lebih efisien dalam menggunakan penggunaan waktu," kata Jean-Michel Jacob, Presiden Dassault Falcon Asia Pasifik, Kamis (1/9).
Lebih dari 100 Falcon saat ini berada dalam pelayanan di Asia Tenggara dan kawasan Asia atau Pasifik. Termasuk semua model yang diproduksi, dari Falcon 7X, Falcon 2000LXS/S dan 900LX.
Adapun Falcon Jet, dibuat khusus untuk kondisi operasi suatu daerah, khususnya fleksibilitas, kinerja bandara dan kemampuan unik dengan panjang atau pendek penerbangan. Dengan teknologi ini memungkinkan pesawat untuk naik dan turun secara cepat ke tempat tujuan, dengan bahan bakar mencukupi, sebelum melanjutkan ke tujuan jauh di Eropa, Afrika atau Amerika.
Hal ini juga berlaku di Indonesia, negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau yang membentang, lebih besar dari daratan Amerika Serikat. Meskipun penerbangan komersial cukup berkembang, namun banyak tujuan yang sulit dilayani, kecuali dengan pesawat jet pribadi.
Dassault Aviation menyatakan, Indonesia saat ini merupakan pasar yang tumbuh tercepat di Asia Tenggara dalam bisnis penerbangan, dengan tingkat pertumbuhan dua digit.